Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

CERPEN; CINTA DAN BENCI

Adalah empedokles (kira-kira 490-430 SM), seorang filsuf alam dari Sicilia yang mensintesiskan pendapat para filsuf sebelumnya tentang unsur utama dari pembentukan alam semesta. Ia menyebutkan bahwa alam semesta terbentuk dari empat unsur dasar; air, udara, api, dan tanah yang bersatu dan berpisah karena cinta dan benci. Ketika cinta yang menaungi mereka berempat itu. Maka semuanya menyatu, membentuk fenomena-fenomena dan struktur alam yang baru. Dan ketika benci yang menguasainya, maka semuanya berpisah-pisah membentuk fenomena-fenomena dan struktur alam yang baru pula. Empat unsur tadi yang berkontraksi dengan cinta dan benci itulah akhirnya membentuk gunung, sugai, hutan, laut, danau, dan lain sebagainya. Dari sependek pengatahuan itu, dapatlah kita ambil sebuah ibrah. Manakah yang akan membentuk diri kita ini? Cinta atau benci? Apakah tercela jika kita mencintai sesuatu ? Atau, terpujikah jika kita membenci sesuatu? Bukankah hidup ini terlalu singkat untuk tidak mencintai? Gunung S

PUISI; TERNYATA

Ternyata aku tidak jadi mati Ternyata aku hanya mati suri Pertemuan dan perpisahan yang indah untuk dilupakan Kedatangan dan kepergian yang sedih untuk dikenangkan Harapan dan impian yang sukar untuk diwujudkan Ketakutan dan kekhawatiran yang bias untuk dimusnahkan Lalu membuat diri sedih belakangan Ternyata hanya fase untuk membuka perpindahan halaman kehidupan Ya, kesedihan itu hadir karena baru saja menyelesaikan halaman yang penuh kesan Ternyata buku itu belum sampai pada kesimpulan Kesimpulan yang merangkum semua isi halaman Menjadi sebuah kenyataan yang selalu di do'akan Karena setelah sampai pada kesimpulan di halaman paling belakang Barulah Tuhan panggil kita untuk pulang Mati yang sebenarnya-benarnya mati Gunung Sumbing, 30 Januari 2022

PUISI; AKU TELAH MATI

Baru saja aku sadari Bahwa aku telah mati Ketakutan-ketakutan yang menusuk hati Kenangan-kenangan yang menyayat nadi Harapan-harapan yang memasung diri Semuanya pelan-pelan aku tusukkan dalam ingatan bak duri Ya, aku telah mati bunuh diri Menancapkan duri dalam daging sendiri Wonosobo, 29 Januari 2022

CERPEN; GUYONAN SENDU SEPASANG BERINGIN

Rabu kemarin, kami ingin berdiskusi tentang Mazhab Frankfurt (Lembaga Riset Sosial dan Filsafat) di Alun-Alun Kidul (ALKID). Sependek pengetahuan saya, Mazhab ini hadir untuk membedah rasionalitas masyarakat modern yang katanya sudah maju pada saat itu. Masyarakat yang tidak lagi meyakini hal-hal mistik dan legenda-legenda yang terjadi di alam semesta. Singkat cerita, sembari menunggu kerabat. Kami duduk dan berbincang sembari melihat iconic-nya alun-alun kidul itu dengan tingkah manusia disekitarnya, yaitu beringin kembar. Konon katanya, barang siapa yang bisa lewat diantara sepasang beringin itu dengan menutup mata akan terkabul pintanya. Lantas, saya yang sedang sendu sore itu melontarkan pertanyaan pada seorang teman, "kira-kira kalau aku coba melewati beringin itu, akankah tuhan jadikan dia jodohku ya?". Tanpa pikir panjang teman tadi berguyon, "kalo kamu mau nyoba itu, ga usah aja kita diskusi Mazhab Frankfurt ini :)." Dan ternyata, cinta mampu membunuh rasion

PUISI; HARAPAN DAN KETAKUTAN

Aku ingin tetap hidup dengan harapan-harapan dan ketakutan-ketakutan Karena, tanpa adanya harapan dan ketakutan manusia tidak akan punya semangat untuk menjalani kehidupan Harapan-harapanku Aku ingin banggakan keluarga Bermanfaat bagi sesama Dan hidup membangun rumah tangga denganmu, bahagia dan sedih bersama dibawah atap rumah kita nantinya :) Tentunya, mencari ridho yang maha kuasa Takutku, adalah semua yang terbalik dari harapku Termasuk, ketika jodohku bukan kamu :) Tapi, kamu tidak usah merasa terbebani dengan harapanku Itu adalah pilihanku, dan apapun resikonya aku harus siap hadapi Yogyakarta, 27 Januari 2022 

PUISI; PADA HARI TERAKHIR

Sudah cukup satu minggu Aku cukup untuk membujukmu dalam puisi ini Besok atau lusa, aku tidak ingin lagi bersedih Aku harus bangkit, mengurusi hidupku lagi Meskipun, aku tidak cukup yakin dengan ucapanku ini Maka, akan kuusahakan segala overthinking menjadi positif thinking Online mu di jam 1 atau 2 malam Sosmed ku yang kamu hide Chat ku yang seolah tidak kamu inginkan Ingatanku saat ditolak sama seorang gadis sewaktu kelas 3 mts dengan alasan fokus UN, yang ternyata dia fokus dengan yang lain Aku harapkan tidak terjadi kali ini Aku cukupkan untuk bersedih di hari ini Bukan berarti aku ingin melupakanmu Namun, cuma mengurangi sedikit rasa harapku Agar, bila tak ku temui harapan itu, masih ada ruang untuk sedikit tidak bersedih Dan begitu juga, aku tingkatan rasa percayaku Bahwa kamu benar-benar akan jadi milikku Bahwa kamu benar-benar masih menginginkanku Bahwa kamu benar-benar ingin sendiri dulu Agar, aku dapat hidup dengan tenang tanpa sedikitpun rasa khawatir Hey kamu, gadis cantik

PUISI; PADA GELANG, BUKU, DAN FOTO

Pada gelang, buku, dan foto Aku titipkan dia pada kalian Pada gelang yang sama sama kami pakai Aku tetap ingin kamu menjadi gelang favoritnya Pada buku 'diam diam aku mengagumimu' yang didalamnya ada sepotong puisi persembahan untuknya Aku ingin, kamu itu selalu jadi bahan bacaannya kala ingin bertemu Pada foto ulang tahunnya saat umur 17 tahun itu Aku ingin kamu tetap dipajang dengan rapi diatas lemarinya Tataplah selalu matanya denga penuh harap dan rasa percaya Selalu berikan semangat dalam setiap letih sehabis aktifitas diluar kosnya Pada gelang, buku, dan foto Aku ingin kalian menjadi diriku Dan selalu berada disetiap sisi ruang sendiri yang dimintanya Jogja, 26 Januari 2022

PUISI; PADA HARI KE 6

Hari ini adalah hari ke enam saat kau putuskan hubungan kita Artinya sudah hampir seminggu berlalu Dan aku masih saja dihantui hal-hal buruk itu Online wa mu yang tidak chattingan bersamaku Tentang dia, apakah kamu masih komunikasi dengan baik? Kakau iya, sangat tidak adil rasanya jika kamu perlakukan aku seperti ini Sedikit alay, tapi itulah yang aku rasakan Kemarin, kamu kirimkan lagu dari Tulus bertajuk 'ruang sendiri.' Sedikit lega aku rasakan maksud dan tujuanmu Aku tidak tau lagi mau berkata apa Aku tidak tau lagi mau bisa apa Hari ini, aku masih menyimpan harap padamu Hari ini, aku masih menunggu rindumu padaku Aku ingin, suatu hari nanti kita baik baik saja Tidak seperti ini, yang mencekam lubuk hati ku Aku selalu mencoba memahamimu, meskipun itu menyakitkan Aku benar-benar telah menjadi budak cinta Namun, tak apa. Cinta bukanlah hal konyol yang mesti disingkirkan dari hidup kita Aku masih mencintaimu, dan selalu menunggumu Tapi, tidak tau jika ternyata penantianku adal

PUISI; PADA HARI KE 5

Pagi ini aku kembali bangun dalam ketakutan Tapi syukurnya, kau sudah mulai membaik Dan perlahan kau bantu juga aku untuk sehat Bukan pil atau kapsul yang kau sodorkan Tapi sesederhana chat singkat yang kau layangkan Sesekali ditambah 'hahaha' atau emoticon kepala miring sambil ketawa Tapi tak apa, aku harap komunikasi kita tetap baik baik saja Aku mencoba untuk tidak peduli lagi tentang status hubungan kita Kau kata, "fokus aja sama diri masing-masing dulu." Itu tak apa, asalkan harapku tidak berseberangan dengan harapmu di masa tua Allah, ampunilah hambamu yang pendosa Serta yang masih saja jatuh cinta Jogja, 25 Januari 2022

PUISI; PADA HARI KE 4

Pada hari keempat aku tau Bahwa laki-laki bukanlah makhluk bengis Laki-laki juga bisa menangis, laki-laki juga bisa berharap, laki-laki juga bisa bersedih Aku menjadi makhluk lemah Meminta-minta sapaan darimu Memuja-muja indahnya dirimu Berkali-kali memikirkan tentangmu Berdoa-doa kaulah jodohku Jogja, 24 Januari 2022

PUISI; PADA HARI KE 3

Ini adalah hari ketiga setelah kau memutuskan hubungan kita Dan aku masih saja belum bisa untuk melepaskan seutuhnya Kesendirian ku sangat kejam Ia menusuk, mencekam, membunuhku dalam setiap ingatan tentangmu Tentang dia si 'bangsat' yang sempat hinggap dalam perasaan mu Aku tidak bisa salahkan dirimu Ini semua salah kita Entah siapa yang mengantarkan sakit diantara kita? Kata seorang kawan, "barang siapa yang mengantarkan sakit, dialah yang harus mengantarkan obatnya." Sekarang, ku bertanya, "jika memang sakitmu karena mu sendiri, maka akan kubiarkan kau sendiri." Namun, bagaimana dengan sakitku yang engkau beri? Siapa yang mau antarkan obatnya? Kau inginku menjauh, kau ingin sembuh Kau ucap, " aku ingin perbaiki semua, aku akan menunggumu." Lantas, kau mengira aku tidak ingin sembuh juga? Aku tidak ingin kau dihantui rasa salah dan sesal Sungguh, aku sangat percaya padamu Kemarilah, kembalilah pada kita yang dulu Bukan seperti ini, komunikasi yan

PUISI; TIDAK ADA

Tidak ada tempat pelampiasan paling bebas selain ruang lepas Tidak ada tempat menangis paling bahagia selain keluarga Dan tidak ada satupun hubungan manusia yang kekal serta abadi selamanya, setidaknya nyawa akan jadi pemisahnya Selayaknya bahagia, kesedihan adalah hal biasa  Kata orang, "yang membuat kita akan terus hidup adalah rasa harap dan takut." Aku ingin tetap hidup dengan harapan-harapan itu dan ketakutan-ketakukan yang hantuiku  Sebagaimana janjiku, aku akan abadikan kamu; dalam ingatan, dalam harapan, dalam keinginan, dalam kata, dalam karya, dalam puisi  Aku akan buat kau selalu di sampingku Dan pada akhirnya, aku hanya bisa berpasrah pada tuhan  Si pemilik hati manusia yang tidak karuan Semoga kita dipertemukan. Aamiin allahumma aamiin. Jogja, 20 Januari 2022

PUISI; IRONI MASYARAKAT VIRAL

Aku pendengar lagu yang sedang cemburu Ya aku egois dan miris serta sinis Kalian ikat lagu itu pada lilitan tali gantung diri dipojok rumah Kalian bunuh dia dalam snap² wa, instastory, sound² hura, dan lain sebagainya Kalian telanjangi lagu itu demi birahi semata Lantas, salahkah aku cemburu? Jogja, 17 Januari 2022

PUISI; JANGAN HAKIMI

Siapakah yang paling sakit hari ini? Apakah mereka (mahasiswa) yang diterpa asam lambung dan perihnya perut saat mag? Ataukah mereka yang harus menangis karena ditinggal pacar? Atau kinan yang harus merelakan aris untuk lidya? Atau penggemar sepakbola yang  mati-matian mendukung sty? Atau anak kecil yang terjatuh dari sepeda? Atau kamu yang tidak diterima kuliah dikampus ternama? Atau kalian yang tidak dapat duduk dikursi hangat berhidang air mata? Atau mereka yang harus menanggalkan nama wilayah untuk sebuah nama 'nusantara'? Atau perempuan yang ditekan kuatnya patriarki pria? Atau aktifis-aktifis yang menangis melihat rakyat menderita? Eits, untuk satu ini saya curiga juga tangisnya Tidak ada yang paling sakit, tidak ada yang paling sehat Aku tidak ingin kalian bertanya makna kata Silahkan mengembara dalam sajak biasa Jogja, 18 Januari 2022

PUISI; BEBERAPA

Beberapa dari kita akan ada yang bersiap Beberapa dari kita akan ada yang berbekal Beberapa dari kita akan ada yang waspada Beberapa dari kita akan ada yang bahagia Beberapa dari kita akan ada yang menangis Dan dari beberapa itu, kita semua akan tetap melangkah Berjalan menuju jalan paling buntu satu arah Berharap pada tuhan dengan pasrah, setelah melewati susah -Basa Basi, 14 Januari 2022

OPINI; KITA DAN MASA KINI

Pada masa kini, yang kemudian sering kita sebut dengan zaman modern Zaman yang penuh dengan halusinani kemajuan, tekhnologi mutakhir, pembangunan membabi buta, internet yang tidak kenal jarak, transportasi semakin cepat, dan masih banyak lainnya Ternyata telah membawa kita pada suatu realitas yang semu Realitas yang semu itu berpadu dengan kesadaran palsu manusia modern Kesadaran palsu yang akhirnya membuat manusia enyah untuk berfikir dalam tentang apa yang akan dikerjakannya Ada yang kerjaannya menindas, merampas, menghakimi, bahkan merawat spirit doll Ya, begitulah realitas semu masyarakat modern, beberapa ahli ada yang menyebutnya masyarakat pasca-industrialis, masyarakat negara (civic society), dan masyarakat heterogen Realitas semu yang dibalut dengan kesadaran palsu seolah menyuruh kita bertanya Apakah masyarakat modern sudah benar-benar rasional dengan segala tindakannya? -Basa Basi, 14 Januari 2022 

OPINI; MINANGKABAU

Konsep epistemologi falsafah Adat Minangkabau. Agama dan Budaya yang menjadi landasan filosofis dalam bertindak diurai dalam pituah-pituah sederhana namun bermakna. Alam takambang jadi guru adalah wujud kebijaksanaan melihat realitas. Namun, pada hari ini apakah kita generasi muda Minangkabau akan terjebak dalam euforia dan mistitikasi filosofikal semata? Atau mampu memaknainya sebagai upaya transformasi masyarakat Minangkabau yang beragama, berbudaya, dan bernegara? Jogja, 13 Januari 2022

PUISI; SAMPAI KAPAN?

Sampai kapan kita akan kotar-katir mencari jalan keluar Sampai kapan kita akan berbelit-belit mengikat tali pertemanan Sampai kapan kita akan hiruk-pikuk meniti langkah sendirian Aku muak dengan kata-kata solidaritas yang kalian gaungkan Aku muak dengan kalimat-kalimat rayuan yang kalian dendangkan Aku muak dengan ucapan-ucapan, "kita akan saling topang setiap kesulitan." Ataupun qoute-quote, "semua akan indah pada waktunya kawan." Shit. Aku benar-benar sedang menunggu Kapan ia akan datang Peristiwa yang benar-benar membuat bumi lebih basah dari peristiwa turunnya hujan Jogja, 11 Januari 2022

PUISI; AGAMA CINTA

 Cemburu adalah akibat dari menurunnya tingkat keimanan penganut agama cinta Lalu, bagaimana cara seorang hamba penganut agama cinta untuk meningkatkan imannya kembali? Ia harus datang lagi dengan ibadah-ibadah penuh kepercayaan pada kekasihnya Itulah potret hamba penganut agama cinta seutuhnya -Jogja, 08 Januari 2022

PUISI; AKU MUSYWIL DI NEGERI PANAS (udaranya)

Siapakah yang akan jadi lampu penerang gelap ? Siapakah yang akan jadi dedaunan peneduh gersang? Siapakah yang akan jadi batang peneguh tegak? Dan, Siapakah yang akan jadi akar penancap tekad? Ya, kalian semua akan utuh Satu persatu menyatu Berdiri tegak, menjelma pohon Selamat dan sehat dalam memilih wahai Musyawirin -Jogja, 09 Januari 2022

PUISI; SIDAK CEMBURU

"Gawat!!! Ini sudah tidak baik-baik saja Kita harus bergerak Segera panggil handai taulan Kita satukan tuntaskan". Ucap Burhan pada kawan. Dipersimpangan jalan Dia temui Juleha Duduk menyamping bersama kawan Juleha kaget, diturunkan dan tetiba diborgol kedua tangan Dengan mata sipit Ia membatin, "POLISI PATRIARKI" terpampang di rompi belakang Burhan -Jogja, 2022

PUISI; RINDUPUN KUGENDONG

Pada malam minggu ini Aku menggendong rindu Ia kubelai, kukecup, dan kusayang-sayangi Begitulah, Ia aku gendong layaknya seorang bayi Namun sayangnya, rindu yang kugendong berwujud belati Dia menusuk-nusuk, menikam-nikam, dan juga melukai -Jogja, 2022

PUISI; UNTUK AKTIFIS

Pada malam yang diselimuti hujan Wahai para aktifis sekalian Dengarkan karena malam ini aku sabdakan "Jangan terlalu menjadi aktifis akut, nanti takutnya aktifis nya berubah menjadi ak-tipes". Selamat Beristirahat, Kesehatannya dijaga🌹 Basa Basi, 2022 

PUISI; SEBELUM BALIK

Pada malam-malam sebelumnya Mereka tutup perjumpaan dengan kepala tertunduk Mulut terkunci mata-mata yang menatap kotak Telinga tertutup suara-suara trend di tik-tok Dan jari menari-nari diatas layar sambil mematok-matok Serta update status pertemuan bahagia palsu dengan caption "bestieku" atau hanya sekedar emot api menggebu Tapi semuanya berbeda, saat Merka jadi 'primitif' dengan ponsel sekarat tak berdaya Menutup diskusi dengan tawa Sambil berujar, "besok bangun pagi, kita tuntaskan FAI : )". Selamat Besok Audiensi Masyarakat FAI Basa Basi, 2022

PUISI; PENYAIR TIDAK BERTANGGUNGJAWAB!!!

"Ia membungkus pisau dengan namaMu. Ia melukai Kau dengan melukaiku".( Joko Pinurbo,2016) ............................................................................................................................................................... Sesekali kita boleh mengatakan bahwa penyair tidak bertanggung jawab dengan apa yang ditulisnya. Mereka kerap meninggalkan segumul huruf tanpa kejelasan. Membiarkan pembaca obrak-obrik otaknya, mencari kesimpulan tafsirnya sendiri-sendiri. Tapi, ketidak bertanggungjawaban itu bukan hal yang buruk Dia adalah seni dan menjadi keindahan sastra itu sendiri Malam ini, saya dan kawan menjadi 2 imam mazhab yang berselisih pandang menafsirkan ayat sastra Joko Pinurbo Kawan saya sebut, "ini tu menceritakan orang yang salah kaprah memaknai jihad fi sabillah, mengangkat pedang atas nama tuhan dengan menodong manusia, tapi sebenarnya menghunuskannya pada sang pencipta". Pun begitu diriku, "menafsirkannya dengan 3 anak muda dala

CERPEN; MIMPI 2

Catatan, BANDUNG, AGUSTUS 2021- Jadi gini aku mau cerita. Baca sampai habis yaa😅 Bandung, aku akan menceritakan tentang diriku dan dia. Tapi, tidak akan menafsirkannya seperti cerita milea untuk dilan yang dipertemukan di Buah Batu. Cerita ini jauh sebelum kisah mereka dihamburkan kedalam benak kita. Sewaktu kecil, aku ingin menghampirinya. Entah kenapa, akupun sampai hari ini masih bertanya-tanya. Entah karena dulu disamping rumahku, ada rumah tua yang sering kami sebut "Rumah Kakek Bandung ?" Atau mungkin karena waktu di sekolah dasar aku suka nyanyiin lagu "Halo-Halo Bandung ?", Ataupun mungkin, karena aku pernah baca dan nonton kisahnya Dilan & Milea ?😂. Tapi, semua itu melebur menjadi rasa ingin dalam dada. Seperti inginnya aku pergi ke Yogyakarta sebagai salah satu Ibu Kota Indonesia pada masanya. Semua rasa ingin itu, mulai tampak terang pada tahun lalu. Alhamdulillah aku diterima di Universitas yang ada di dua Kota yang aku ingin jumpai sewaktu kecil

CERPEN; MIMPI 1

Catatan, MATUR, 28 September 2020-Sewaktu masih duduk dibangku MTs aku pernah bermimpi, bermimpi untuk pergi ke 2 kota di Indonesia.. Pergi dengan niat hanya sekedar untuk berwisata, lalu membeli oleh-oleh dan cendramata, bersuka - ria, mengukir cerita di hari-hari ku yang masih muda Entah kenapa ? Mimpi itu timbul tanpa diminta, dan hanya sebatas rasa 'ingin' saja.. Sungguh aku tidak tau kenapa..? Sampai hingga detik ini, aku tersenyum bahagia jika mengingat-ingat impian ku di tahun itu.. Munkin, teman-teman penasaran , kenapa aku tersenyum-senyum dan wajib bersyukur atas semua itu..? Nah, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kemudian berlindung kepada ALLAH S.W.T dari segala sifat takabbur dan 'ujub, izin kan ku untuk bercerita tentang diriku hari ini, semoga ini bisa menjadi motivasi bagi diriku untuk lebih baik kedepannya, dan tentu juga bisa berbagi cerita untuk teman-teman semua tanpa ada maksud buruk didada.. Alhamdulillah ditahun ini, aku dinyatakan lulus

CERPEN; DILEMA SANG PEMUDA

Catatan, 3 Oktober 2020-Suatu hari menuju pagi, seorang pemuda sedang asiknya memainkan jemarinya diatas layar ponsel, membuka aplikasi 'WhatsApp' sembari menonton 'snap' teman-temannya. Hatta, dia menahan jempolnya dilayar ponsel tepat pada salah satu 'snap' yang membuatnya terkesima, lalu dengan penasarannya menekan 'baca selengkapnya'. Sebuah 'snap' yang bernuansa politik, dipenuhi dengan kontradiksi pilkada dimasa sulit negri ini, menjadi sosok yang selalu ingin tau, apakah perhelatan demokrasi itu jadi solusi dalam pencegahan pandemi ? Bak adiwira ditengah ganasnya penderitaan rakyat ? Memori si pemuda berefleksi akan momen beberapa jam sebelumnya, sebelum dia larut dalam dekapan malam, saat membaca 'fakta' menarik pengkhianatan G 30 S / PKI, yang akhir-akhir ini multi interpretasi, hingga para 'netizen' mulai kelabakan akan peristiwa kelam itu. Sangat sulit mendeteksi fakta dan opini ; perebutan tahta, rezim yang berkuasa, p

OPINI; KURASA AKU BUKAN KRIMINAL

Catatan, 27 November 2020-Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan berita bahwa Menag Fachrul Razi sebut radikalisme yang (katanya) dibawa oleh mereka yang 'good looking', pintar bahasa arab, hafiz alquran, dan lain sebagainya. "Cara masuk mereka gampang. Pertama dikirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan bahasa Arab bagus, hafiz. Mulai masuk (ke masyarakat/komunitas), ikut-ikut jadi imam. Lama-orang orang situ bersimpati. (Orang itu lalu) Diangkat jadi pengurus masjid. Kemudian mulai masuk temannya dan lain sebagainya, mulai masuk ide-ide yang tadi kita takutkan,” ucapnya dalam acara webinar bertajuk ‘Strategi Menangkal Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara’, yang disiarkan di YouTube KemenPAN-RB, Rabu (2/9).(sumber jawapos.com) Disamping isu tersebut, juga berkembang isu mengenai Sumatera Barat yang belum pancasilais, lewat pernyataan Ibu Puan Maharani selaku ketua DPP PDI P dan ketua DPR RI yang dipandang khalayak sebagai pernyataan multitafsir lagi kontrover

PUISI; SEMERU

Engkau adalah langit yang sama di Semeru Berawan cinta, damai, dan kasih sayang Tapi di Lumajang sana, arunikamu bertabur sendu Terikmu membasahi bola mata "Senyumku ingin kembali pagi" Ucap bocah kecil di kaki gunung Yogyakarta, 8 Desember 2021

OPINI; PENDIDIKAN

Guru harus di maknai sebagai amal sholeh yang berorientasi kepada amal jariyah. Bukan dimaknai sebagai profesi yang berorientasi kepada gaji. Dalam era modern ini, dimana segala-galanya butuh uang. Setidaknya kita harus menyadari 3 unsur pendorong idealitas amalan guru berdasarkan realitas agar tidak terjatuh kepada hal yang pragmatis, yaitu: 1. Mengukuhkan lagi niat mengajar hanya untuk zat maha kuasa; 2. Guru harus punya profesi lain, agat tidak bergantung pada amalan tersebut dalam menjalani hidup; 3. Status seorang guru sebagai pencetak generasi bangsa harus dihormati dan didukung penuh secara moral maupun finansial oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia. -Curhatan Mahasiswa Pendidikan😅

OPINI; FVCK PENCITRAAN

Adalah Jean Paul Sartre, filsuf eksistensialis yang menolak penghargaan nobel dari negaranya karena kecerdasan yang dimiliki Sartre.  Sartre dengan usahanya berbijaksana menolak itu, sebab dia berfikir bahwa hidupnya akan tertanggu apabila ada simbol-simbol yang melekat dalam tubuhnya. Simbol-simbol yang dia maksud adalah penghargaan nobel tadi, yang akan menjerumuskan dia kedalam sorotan publik. Bahkan, dalam kontemplasinya yang paling dalam, Sartre mengganggap bahwa orang lain adalah 'neraka' baginya, yang akan menggangu stabilitas kebahagiaan hidupnya. Sartre yakin, eksistensi manusia akan berwujud murni ketika dia tidak terikat akan simbol-simbol itu. Sebaliknya, manusia akan 'terpenjara' dengan sendirinya ketika memungut simbol-simbol itu, berharap mendapat afirmasi dari orang lain akan eksistensinya. 

OPINI; PARADOKS MODERNITAS 5

Aku porak-poranda. Terjangkit dan sakit, gejala-gejala masa kini menjalar dalam tubuh. Sudah ku upayakan untuk merdeka, menyibak semua keniscayaan. Namun, aku lengah, terpuruk fantasi dan halusinasi. Gejala-gejala itu membuat aku lupa kapan seharusnya makan, kapan terakhir kali aku bangun pagi, dan aku lupa kapan waktu untuk pulang lalu tidur di kasur yang senantiasa menunggu. Sayangnya, aku hanya bisa menelannya sendiri. Karena, tidak semua rasa sakit mau diterima orang lain sebagai bentuk berbagi. Aku, kita, semua. Hati-hati🌻

OPINI; PARADOKS MODERNITAS 4

Dengan langkah tertatih dan tubuh latah kita menyambut modernitas. Berusaha menjadi manusia paling rasional, dan karena itu jualah kita menjadi semakin irrasional. Kita harus dengan SAH menjamah modernitas, bersenggama dengannya, berpegang teguh pada nilai, serta tidak luput pula menyoal keberpihakan. Hadir sebagai orang tua yang akan melahirkan produk 'halal' modernitas dari segala lini 'pabrik' kehidupan. *Dialog: Pada Masa Modern | Essay Agama, Sosial, dan Pendidikan* *Penulis: Muh Akmal Ahsan | Ketua Umum DPD IMM DIY*

OPINI; PARADOKS MODERNITAS 3

Sekarat. Kau bilang sore ini akan cerah Ternyata kau guyur lenteraku dengan hujan Aku hanya bisa berkedip kelilipan Terdiam. Membisu. Kaget. Aku Tidak Yakin. Belum lagi, seonggok kecemasan dimasa akan datang Kau baluti dengan fantasi kekinian Tanpa sedikitpun kesadaran, kami kau buai lezatnya kemajuan. "Tik," sebutir hujan menyelinap dalam ventalasi kamar, hinggap di pipi bagian kanan. Akupun tersadar, menarik selimut, menutup ventilasi, dan tidur nyenyak tak kala hujan datang.

OPINI; PARADOKS MODERNITAS 2

Kita mencandra modernitas sedemikan rupa, menjadi pongah dan beranggapan paling terdepan. Menumpuk segumpal benda-benda simbolik, membangun tembok-tembok keterpurukan diri dan alam sadar. Kita berteriak, "aku masyarakat modern, maju, mewah, royal, ekslusif, keren, kece".  Aaah, keparat. Kita lebih premitif dari manusia batu.

OPINI; HARI IBU

Beberapa bulan terakhir, dan saat rambutku mulai memanjang. Disanalah ibu sering ngomel-ngomel dan nyuruh buat potong rambut. Hampir setiap pagi, dan setiap percakapan kami di dunia maya, penampilanku selalu dinasehati. Ya, kami memang sering VC di waktu pagi. Entah ngobrolin apa, yang jelas untuk tetap bisa berkomunikasi. Sama halnya, dengan teman-teman yang lain. Rambut gondrong mungkin adalah cita-cita yang harus terealisasikan di masa muda. Katanya, "setiap orang pasti pernah muda, tapi belum tentu setiap orang pernah gondrong." Ya begitulah kira-kira. Konyolnya, ini menjadi hal dilematis dalam hidupku beberapa bulan terakhir, antara ikuti kata Ibu atau tetap begini untuk gondrong 😆. Namun, inginku belum tentu juga ingin orang tuaku. Terkhusus Ibu. Entah kenapa, sejak 2 hari belakangan. Saat badan ku sedang tidak baik-baik saja. Aku jadi ingat rumah, ingat orang tua dan keluarga. Dan tepat hari ini, saat para handai taulan mengabarkan di sosial media mereka, bahwa sekara

PUISI: TAK USAH SETIA!

Kemanakah kita mesti setia? Apakah pada pelukan hangat sore? Atau belaian lembut pagi? "Tidak, kita tidak perlu untuk setia. Karena kerap kali kesetiaan berujung luka", Ujar simbol-simbol yang melekat pada manusia -berlagak paling 'ada', namun tak sadar 'terpenjara'. Trgagis dan sadis. -Basabasi, 2022

PUISI; DIMANA

Ah.. dimana aku sekarang?.. Aku tersesat lagi! Kemana aku akan pergi Manakah jalan pulang? Peta! Dimana kau peta? Segera tunjukkan aku arah! Sudah kususuri jalan itu.. Ia tidak buntu, tapi kemanaa? Aku menerka Dimana tempat aku pulang Apakah dekapan ibu? Ataukah pelukan kekasih? Atau tempat aku menimba ilmu? Heyy, dimana diaaa! Ternyata bukan ituu Mana tempat aku pulaang? Dan ternyata Aku belum bisa pulang Mungkin nanti, esok, lusa, atau beberapa hari setelahnya, dan bisa jadi agak lebih lama Barusan Tuhan bisikkan,"kau belum cukup bekal untuk pulang!". -Cilacap, 2 Januari 2022