Langsung ke konten utama

PUISI; PADA HARI KE 3

Ini adalah hari ketiga setelah kau memutuskan hubungan kita

Dan aku masih saja belum bisa untuk melepaskan seutuhnya

Kesendirian ku sangat kejam

Ia menusuk, mencekam, membunuhku dalam setiap ingatan tentangmu

Tentang dia si 'bangsat' yang sempat hinggap dalam perasaan mu

Aku tidak bisa salahkan dirimu

Ini semua salah kita

Entah siapa yang mengantarkan sakit diantara kita?

Kata seorang kawan, "barang siapa yang mengantarkan sakit, dialah yang harus mengantarkan obatnya."

Sekarang, ku bertanya, "jika memang sakitmu karena mu sendiri, maka akan kubiarkan kau sendiri."

Namun, bagaimana dengan sakitku yang engkau beri?

Siapa yang mau antarkan obatnya?

Kau inginku menjauh, kau ingin sembuh

Kau ucap, " aku ingin perbaiki semua, aku akan menunggumu."

Lantas, kau mengira aku tidak ingin sembuh juga?

Aku tidak ingin kau dihantui rasa salah dan sesal

Sungguh, aku sangat percaya padamu

Kemarilah, kembalilah pada kita yang dulu

Bukan seperti ini, komunikasi yang makin buruk

Perasaan takutku yang berlebihan, dan perasaan salahmu yang mengekang

Kembalilah


Ahhh, aku ingin berteriak dalam kesendirianku

Tapi aku masih ingat, masih ada keluargaku, masih ada sahabatku

Tapi satu yang harus kau ingat, akan bukan manusia yang suka balas dendam

Ketulusanku menerima semua rasa sakit yang kau beri

Kesetiaanku menemani semua rasa sepi yang akan kujalani

Aku berharap pada tuhan

Semoga kita utuh kembali, dengan sebenar-benarnya utuh

Dan kuharap, kau juga punya harapan yang sama pada sang tuhan

Wahai wanita yang kucintai saat kita terlalu dini


Jogja, 23 Januari 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU BARU 23 TAHUN

Aku baru 23 tahun saat kota ini telah tumbuh di abad yang jauh Kota yang tumbuh dari cinta, menjadi pupuk paling purba di kesuburan hatinya  Serupa kota, aku ingin tumbuh bersamamu di atasnya Berbunga lalu berbuah Ranum dan merekah  Tak apa, jika gang - gang sempit membuat kita tersudut dari jahatnya manusia Sungai mataram akan membawa duka bersama airnya yang coklat  Kita tak pernah kalah, sebab kota selalu memeluk kita Dan pantai selatan selalu menyambut senyummu di pangkal hari  Sayang, tak perlu risau Menetaplah di kota ini Bersamaku dan hanya untukku Rindu akan selalu membawa kita datang dan pergi  Di kota ini, hidup adalah penantian jalan pulang Dan pulang adalah makna yang akan membawa kita kembali Mari, kita tumbuh serupa kota ini Jogja, 29 November 2024

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...