Langsung ke konten utama

CERPEN; GUYONAN SENDU SEPASANG BERINGIN

Rabu kemarin, kami ingin berdiskusi tentang Mazhab Frankfurt (Lembaga Riset Sosial dan Filsafat) di Alun-Alun Kidul (ALKID). Sependek pengetahuan saya, Mazhab ini hadir untuk membedah rasionalitas masyarakat modern yang katanya sudah maju pada saat itu. Masyarakat yang tidak lagi meyakini hal-hal mistik dan legenda-legenda yang terjadi di alam semesta.


Singkat cerita, sembari menunggu kerabat. Kami duduk dan berbincang sembari melihat iconic-nya alun-alun kidul itu dengan tingkah manusia disekitarnya, yaitu beringin kembar.


Konon katanya, barang siapa yang bisa lewat diantara sepasang beringin itu dengan menutup mata akan terkabul pintanya. Lantas, saya yang sedang sendu sore itu melontarkan pertanyaan pada seorang teman, "kira-kira kalau aku coba melewati beringin itu, akankah tuhan jadikan dia jodohku ya?". Tanpa pikir panjang teman tadi berguyon, "kalo kamu mau nyoba itu, ga usah aja kita diskusi Mazhab Frankfurt ini :)."

Dan ternyata, cinta mampu membunuh rasionalitas manusia.

Yogyakarta, 26 Januari 2022

Rabu, 17.57 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU BARU 23 TAHUN

Aku baru 23 tahun saat kota ini telah tumbuh di abad yang jauh Kota yang tumbuh dari cinta, menjadi pupuk paling purba di kesuburan hatinya  Serupa kota, aku ingin tumbuh bersamamu di atasnya Berbunga lalu berbuah Ranum dan merekah  Tak apa, jika gang - gang sempit membuat kita tersudut dari jahatnya manusia Sungai mataram akan membawa duka bersama airnya yang coklat  Kita tak pernah kalah, sebab kota selalu memeluk kita Dan pantai selatan selalu menyambut senyummu di pangkal hari  Sayang, tak perlu risau Menetaplah di kota ini Bersamaku dan hanya untukku Rindu akan selalu membawa kita datang dan pergi  Di kota ini, hidup adalah penantian jalan pulang Dan pulang adalah makna yang akan membawa kita kembali Mari, kita tumbuh serupa kota ini Jogja, 29 November 2024

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...