Langsung ke konten utama

PUISI; TIDAK ADA

Tidak ada tempat pelampiasan paling bebas selain ruang lepas

Tidak ada tempat menangis paling bahagia selain keluarga

Dan tidak ada satupun hubungan manusia yang kekal serta abadi selamanya, setidaknya nyawa akan jadi pemisahnya

Selayaknya bahagia, kesedihan adalah hal biasa 

Kata orang, "yang membuat kita akan terus hidup adalah rasa harap dan takut."

Aku ingin tetap hidup dengan harapan-harapan itu dan ketakutan-ketakukan yang hantuiku 

Sebagaimana janjiku, aku akan abadikan kamu; dalam ingatan, dalam harapan, dalam keinginan, dalam kata, dalam karya, dalam puisi 

Aku akan buat kau selalu di sampingku

Dan pada akhirnya, aku hanya bisa berpasrah pada tuhan 

Si pemilik hati manusia yang tidak karuan

Semoga kita dipertemukan. Aamiin allahumma aamiin.

Jogja, 20 Januari 2022


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU BARU 23 TAHUN

Aku baru 23 tahun saat kota ini telah tumbuh di abad yang jauh Kota yang tumbuh dari cinta, menjadi pupuk paling purba di kesuburan hatinya  Serupa kota, aku ingin tumbuh bersamamu di atasnya Berbunga lalu berbuah Ranum dan merekah  Tak apa, jika gang - gang sempit membuat kita tersudut dari jahatnya manusia Sungai mataram akan membawa duka bersama airnya yang coklat  Kita tak pernah kalah, sebab kota selalu memeluk kita Dan pantai selatan selalu menyambut senyummu di pangkal hari  Sayang, tak perlu risau Menetaplah di kota ini Bersamaku dan hanya untukku Rindu akan selalu membawa kita datang dan pergi  Di kota ini, hidup adalah penantian jalan pulang Dan pulang adalah makna yang akan membawa kita kembali Mari, kita tumbuh serupa kota ini Jogja, 29 November 2024

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...