Langsung ke konten utama

PUISI; JURU MASAK

Menjelang siang

Hanya pria berotak kosong yang merasa lapar

Membayangkan es kolak yang melimpah

Melebihi bibir mangkok tak bertepi

 

Ia bergegas, mencari

Juru masak yang berminyak dan berair

Sedang menggaruk kepala dengan tangan kanan

Dan pisang di tangan kiri, dengan kulit pisang mengelupas tiga

 

Ya, kolak pisang

Si pria meminta juru masak menghidangkannya

 

Mulailah juru masak berdansa dengan sutilnya

Ia sediakan bahan

Parutan kelapa, gula merah, garam seujung sendok, daun pandan sehelai, beberapa pisang, dan setitik merica

 

Pria itu, menyantap hidangan

Mulanya, ia rasakan manis gula, gurih santan, sedikit asin garan, harum pandan, dan merica yang mengganjal selera

 

Si pria berhenti seketika

Setelah ia sadar

Termakan omongan

si juru masak yang berminyak dan berair

 

Jogja, 3 Januari 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU BARU 23 TAHUN

Aku baru 23 tahun saat kota ini telah tumbuh di abad yang jauh Kota yang tumbuh dari cinta, menjadi pupuk paling purba di kesuburan hatinya  Serupa kota, aku ingin tumbuh bersamamu di atasnya Berbunga lalu berbuah Ranum dan merekah  Tak apa, jika gang - gang sempit membuat kita tersudut dari jahatnya manusia Sungai mataram akan membawa duka bersama airnya yang coklat  Kita tak pernah kalah, sebab kota selalu memeluk kita Dan pantai selatan selalu menyambut senyummu di pangkal hari  Sayang, tak perlu risau Menetaplah di kota ini Bersamaku dan hanya untukku Rindu akan selalu membawa kita datang dan pergi  Di kota ini, hidup adalah penantian jalan pulang Dan pulang adalah makna yang akan membawa kita kembali Mari, kita tumbuh serupa kota ini Jogja, 29 November 2024

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...