Langsung ke konten utama

PUISI; AKU BARU 23 TAHUN

Aku baru 23 tahun saat kota ini telah tumbuh di abad yang jauh

Kota yang tumbuh dari cinta, menjadi pupuk paling purba di kesuburan hatinya 


Serupa kota, aku ingin tumbuh bersamamu di atasnya

Berbunga lalu berbuah

Ranum dan merekah 


Tak apa, jika gang - gang sempit membuat kita tersudut dari jahatnya manusia

Sungai mataram akan membawa duka bersama airnya yang coklat 


Kita tak pernah kalah, sebab kota selalu memeluk kita

Dan pantai selatan selalu menyambut senyummu di pangkal hari 


Sayang, tak perlu risau

Menetaplah di kota ini

Bersamaku dan hanya untukku


Rindu akan selalu membawa kita datang dan pergi 

Di kota ini, hidup adalah penantian jalan pulang

Dan pulang adalah makna yang akan membawa kita kembali


Mari, kita tumbuh serupa kota ini


Jogja, 29 November 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...

PUISI; SUDAHI

Dari kereta kencana hingga lencana petaka Dari pegasus mulia hingga hanoman sengsara Melacak-dabrak sesukamu Menyusuri sisi buasmu Mengisi penuh gelas-gelas hasratmu Laksana keledai di gurun sahara Bias, dan penuh biang bahaya Merona-rona membahana Ternyata, wujudmu halusinasi semata Semua tertipu bayanganmu nan mulia itu  Wahai, ratu kumala berseri Sudahi dan ambillah intisari Yogyakarta, 13 Maret 2022