Langsung ke konten utama

PUISI: SELIMUT IDEALISME

Semerbak kentut menguak 

dalam kontrakan

Menyisakan aroma menyengat, pekat, 

dan tak terelakkan

Malam itu

Kita sedang mengetik 

mimpi pada keyboard 

laptop usang

Satu persatu 

cita terlontar begitu cepatnya 

dari mulut

Menandingi kencangnya 

suara kipas 

rongsok

Kita sedang menghitung 

sisa rokok yang 

tak terhisap

Membagi rata 

layaknya para komunis

Sembari sesekali bercarut-marut 

pada dunia yang 

kapitalis

Sebab merasa, 

kita adalah para terabaikan


Yang miskin

Bukan karena malas, 

tapi pemiskinan struktural

Begitu

cara kita mengelak 

dari pahitnya kenyataan

“Hidup ini absurd,” 

ujarmu melakukan pembelaan

“Benar, kita jalani saja,” 

timpalku sepakat


Hari makin larut 

dan malam semakin dingin

Kita memilih untuk tidur

Menggapai mimpi

Lalu, berselimut idealisme

-Jogja, 05 Mei 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...

PUISI; AKU BARU 23 TAHUN

Aku baru 23 tahun saat kota ini telah tumbuh di abad yang jauh Kota yang tumbuh dari cinta, menjadi pupuk paling purba di kesuburan hatinya  Serupa kota, aku ingin tumbuh bersamamu di atasnya Berbunga lalu berbuah Ranum dan merekah  Tak apa, jika gang - gang sempit membuat kita tersudut dari jahatnya manusia Sungai mataram akan membawa duka bersama airnya yang coklat  Kita tak pernah kalah, sebab kota selalu memeluk kita Dan pantai selatan selalu menyambut senyummu di pangkal hari  Sayang, tak perlu risau Menetaplah di kota ini Bersamaku dan hanya untukku Rindu akan selalu membawa kita datang dan pergi  Di kota ini, hidup adalah penantian jalan pulang Dan pulang adalah makna yang akan membawa kita kembali Mari, kita tumbuh serupa kota ini Jogja, 29 November 2024