Semerbak kentut menguak
dalam kontrakan
Menyisakan aroma menyengat, pekat,
dan tak terelakkan
Malam itu
Kita sedang mengetik
mimpi pada keyboard
laptop usang
Satu persatu
cita terlontar begitu cepatnya
dari mulut
Menandingi kencangnya
suara kipas
rongsok
Kita sedang menghitung
sisa rokok yang
tak terhisap
Membagi rata
layaknya para komunis
Sembari sesekali bercarut-marut
pada dunia yang
kapitalis
Sebab merasa,
kita adalah para terabaikan
Yang miskin
Bukan karena malas,
tapi pemiskinan struktural
Begitu
cara kita mengelak
dari pahitnya kenyataan
“Hidup ini absurd,”
ujarmu melakukan pembelaan
“Benar, kita jalani saja,”
timpalku sepakat
Hari makin larut
dan malam semakin dingin
Kita memilih untuk tidur
Menggapai mimpi
Lalu, berselimut idealisme
-Jogja, 05 Mei 2023
Komentar
Posting Komentar