Langsung ke konten utama

PUISI; MEREKAP APRIL

Merekap April 

dalam ingatan

 

Aku menyusuri jalan pulang 

melalui jalur 

politisi magang

 

Terngiang murka Bapak 

yang lebih indah 

dari kata sayang

 

Terbayang bakwan Ibu

berisi wartel, kol, taoge, dan buncis

menyatu dalam adonan keluarga

 

Terlintas tebat mandi 

tempat berkawan dan berkelahi

merendam iri dengki

 

Teringat pancuran

mengalir dari telaga bukit

senantiasa menyiram perpisahan, pertemuan, dan perpisahan lagi

 

Lalu aku menyebarang lautan sunda

Aku masuki rimba, mengitari bukit dan menyusuri lembah

Aku pulang, dan 

pergi kembali

 

Dan kini, Mei 

datang dengan genderang

yang ditabuh 

oleh para buruh

 

Menyanyikan kedilan 

dan 

pengharapan

 

Sedangkan disini 

aku masih terhimpit

awang-awang 

 

Jogja, 1 Mei 2023


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...

PUISI; SUDAHI

Dari kereta kencana hingga lencana petaka Dari pegasus mulia hingga hanoman sengsara Melacak-dabrak sesukamu Menyusuri sisi buasmu Mengisi penuh gelas-gelas hasratmu Laksana keledai di gurun sahara Bias, dan penuh biang bahaya Merona-rona membahana Ternyata, wujudmu halusinasi semata Semua tertipu bayanganmu nan mulia itu  Wahai, ratu kumala berseri Sudahi dan ambillah intisari Yogyakarta, 13 Maret 2022