Langsung ke konten utama

PUISI; YANG TAK SEMPAT TERPOTRET

Yang tak sempat terpotret

adalah yang bergelantungan

tapi tidak pada pegangan tangan


Di dalam kereta

dari Tanah Abang

menuju Cikarang 

kereta berhenti di stasiun transit

Manggarai


Di manggarai

pintu terngaga

bak botol kosong berisi angin dalam air yang dibuka tutupnya

menghisap para tergesa masuk dalam kereta


Ibu- ibu datang menuntut singgasana

"Mas, mas ini ibu-ibu"

Cetarnya menyuruh berdiri

Padahal baru saja duduk 


Saat itu yang tak sempat terpotret menjadi nyata

Kembali berdiri diantara kerumunan

Yang berdesak dan yang berdiri

Menggelantungkan tangan pada pegangan


Kecuali dia

Iya dia

Gadis 150 meteran yang baru masuk di Manggarai tadi

Bergelantung pada pinggang dan pangkal lengan pacarnya


Yang tak sempat terpotret

Mungkin juga, yang tak tepat dipotret


Jakarta, 18 Februari 2022


DIPOSTING OLEH MBLUDUS.COM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...

PUISI; SUDAHI

Dari kereta kencana hingga lencana petaka Dari pegasus mulia hingga hanoman sengsara Melacak-dabrak sesukamu Menyusuri sisi buasmu Mengisi penuh gelas-gelas hasratmu Laksana keledai di gurun sahara Bias, dan penuh biang bahaya Merona-rona membahana Ternyata, wujudmu halusinasi semata Semua tertipu bayanganmu nan mulia itu  Wahai, ratu kumala berseri Sudahi dan ambillah intisari Yogyakarta, 13 Maret 2022