Langsung ke konten utama

PUISI; YANG TAK SEMPAT TERPOTRET

Yang tak sempat terpotret

adalah yang bergelantungan

tapi tidak pada pegangan tangan


Di dalam kereta

dari Tanah Abang

menuju Cikarang 

kereta berhenti di stasiun transit

Manggarai


Di manggarai

pintu terngaga

bak botol kosong berisi angin dalam air yang dibuka tutupnya

menghisap para tergesa masuk dalam kereta


Ibu- ibu datang menuntut singgasana

"Mas, mas ini ibu-ibu"

Cetarnya menyuruh berdiri

Padahal baru saja duduk 


Saat itu yang tak sempat terpotret menjadi nyata

Kembali berdiri diantara kerumunan

Yang berdesak dan yang berdiri

Menggelantungkan tangan pada pegangan


Kecuali dia

Iya dia

Gadis 150 meteran yang baru masuk di Manggarai tadi

Bergelantung pada pinggang dan pangkal lengan pacarnya


Yang tak sempat terpotret

Mungkin juga, yang tak tepat dipotret


Jakarta, 18 Februari 2022


DIPOSTING OLEH MBLUDUS.COM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; TIDAK ADA JUDUL

 Semuanya larut begitu saja Dalam tangki motormu yang kuisi dua liter  Sebagai ucapan terimakasih  Atas perjalanan singkat kita dimalam yang kaku Kau pergi begitu saja Tanpa pesan meninggalkan derus mesin Scoopy putih dalam dadaku Deru mesin yang memompa jantungku berdetak lebih kencang Sekencang hisapan rokok suryaku menjelang pagi di balkon rumah Rumah kawan pelarian ku malam itu 2025, awal tahun yang buruk untuk memperbaiki hubungan kita Entah bagaimana jadinya nanti aku tidak tau Menunggu atau aku yang akan menghampirimu  Makin lama matahari makin hangat Dan kubiarkan resah menguap di udara Semoga hangat sampai ke dadamu di pagi buta Jogja, 4 Januari 2025

OPINI; Kita dan Politik Praktis ( Kode Etik Warga Muhammadiyah Berpolitik )

 Kita dan Politik Praktis Bismillahirrahmanirrahim Saya awali tulisan ini dengan kalimat tersebut agar apa yang saya tuliskan tidak salah dan sesuai dengan apa yang ditetapkan. Dan juga, supaya tulisan ini dapat diterima oleh semua elemen persyarikatan. Yaitu, Muhammadiyah. Pada dekade awal Organisasi Islam Muhammadiyah, yaitu kisaran tahun 20-50 an, Muhammadiyah masih sibuk membenahi internal persyarikatan. Muhammadiyah konsen terhadap dunia pendidikan serta problematika sosial masyarakat umum pada saat itu. Memasuki era kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada Tanwir Muhammadiyah di Ponorogo tahun 1968. Muhammadiyah menghadirkan dua putusan yang sangat bijaksana. Yaitu, MKCHM dan Khittah Ponorogo. Keputusan ini adalah amanat dari Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta dengan tema "Tajdid Muhammadiyah" yang diselenggarakan pada tahun sebelumnya. Pertama, MKCHM adalah akronim dari Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, yang mana didalamnya termuat beberapa poin penting...