bukankah ini yang selalu kita bayangkan?
hujan meneteskan rindu keribaan
menyirami gersangnya keangkuhan
dan pada tiap tetesnya adalah buah keikhlasan
maka, pada karunia Tuhan yang datang
saat diri beranjak petang
kita selalu mengharapkan imbalan
meski pagi-pagi hanya terlewatkan dengan suram
duhai, gusti
durjana dan murka berebut balas
datang menghakimi untuk kesekian
berteriak, "mengapa bangga pada rintik? yang segera sirna dan menguap?
Jogja, 14 Desember 2022
Komentar
Posting Komentar