Langsung ke konten utama

PUISI; UNTUK KANJURUHAN

Seorang lampau pernah berkata, "Aku melawan saudaraku, aku dan saudara ku melawan sepupuku, aku, saudaraku, dan sepupuku melawan orang lain." -dalam Pulang-Tereliye.


Aku juga pernah mendengar, "Musuh dari musuhmu adalah temanmu." Begitulah kira-kira.


Dan disini aku bertanya, kepada siapa kita harus percaya? Jika percaya berujung dusta?

Lalu pada siapa kita akan setia? Jika setia berujung pada murka?


Dan kemudian, seorang karib berteriak, "Tidak peduli seberapa besar engkau mempercayai polisi. Ingat, polisi mencoba untuk tidak pernah mempercayaimu!" Satir nya.


Dan dalam suatu subuh. Seorang ayah terjaga dari lelapnya. Menemui kasur tidur anaknya yang hampa. Ia menyeduh kopi. Lalu meneguk kabar duka.


Turut berdukacita atas 'kerumunan' yang terjadi di stadion Kanjuruhan. Mari saling peluk selayak saudara. Saling jaga seperti keluarga

Jogja, 03 Oktober 2022 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...

PUISI; SUDAHI

Dari kereta kencana hingga lencana petaka Dari pegasus mulia hingga hanoman sengsara Melacak-dabrak sesukamu Menyusuri sisi buasmu Mengisi penuh gelas-gelas hasratmu Laksana keledai di gurun sahara Bias, dan penuh biang bahaya Merona-rona membahana Ternyata, wujudmu halusinasi semata Semua tertipu bayanganmu nan mulia itu  Wahai, ratu kumala berseri Sudahi dan ambillah intisari Yogyakarta, 13 Maret 2022