Langsung ke konten utama

PUISI; UNTUK KANJURUHAN

Seorang lampau pernah berkata, "Aku melawan saudaraku, aku dan saudara ku melawan sepupuku, aku, saudaraku, dan sepupuku melawan orang lain." -dalam Pulang-Tereliye.


Aku juga pernah mendengar, "Musuh dari musuhmu adalah temanmu." Begitulah kira-kira.


Dan disini aku bertanya, kepada siapa kita harus percaya? Jika percaya berujung dusta?

Lalu pada siapa kita akan setia? Jika setia berujung pada murka?


Dan kemudian, seorang karib berteriak, "Tidak peduli seberapa besar engkau mempercayai polisi. Ingat, polisi mencoba untuk tidak pernah mempercayaimu!" Satir nya.


Dan dalam suatu subuh. Seorang ayah terjaga dari lelapnya. Menemui kasur tidur anaknya yang hampa. Ia menyeduh kopi. Lalu meneguk kabar duka.


Turut berdukacita atas 'kerumunan' yang terjadi di stadion Kanjuruhan. Mari saling peluk selayak saudara. Saling jaga seperti keluarga

Jogja, 03 Oktober 2022 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; TIDAK ADA JUDUL

 Semuanya larut begitu saja Dalam tangki motormu yang kuisi dua liter  Sebagai ucapan terimakasih  Atas perjalanan singkat kita dimalam yang kaku Kau pergi begitu saja Tanpa pesan meninggalkan derus mesin Scoopy putih dalam dadaku Deru mesin yang memompa jantungku berdetak lebih kencang Sekencang hisapan rokok suryaku menjelang pagi di balkon rumah Rumah kawan pelarian ku malam itu 2025, awal tahun yang buruk untuk memperbaiki hubungan kita Entah bagaimana jadinya nanti aku tidak tau Menunggu atau aku yang akan menghampirimu  Makin lama matahari makin hangat Dan kubiarkan resah menguap di udara Semoga hangat sampai ke dadamu di pagi buta Jogja, 4 Januari 2025

OPINI; Kita dan Politik Praktis ( Kode Etik Warga Muhammadiyah Berpolitik )

 Kita dan Politik Praktis Bismillahirrahmanirrahim Saya awali tulisan ini dengan kalimat tersebut agar apa yang saya tuliskan tidak salah dan sesuai dengan apa yang ditetapkan. Dan juga, supaya tulisan ini dapat diterima oleh semua elemen persyarikatan. Yaitu, Muhammadiyah. Pada dekade awal Organisasi Islam Muhammadiyah, yaitu kisaran tahun 20-50 an, Muhammadiyah masih sibuk membenahi internal persyarikatan. Muhammadiyah konsen terhadap dunia pendidikan serta problematika sosial masyarakat umum pada saat itu. Memasuki era kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada Tanwir Muhammadiyah di Ponorogo tahun 1968. Muhammadiyah menghadirkan dua putusan yang sangat bijaksana. Yaitu, MKCHM dan Khittah Ponorogo. Keputusan ini adalah amanat dari Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta dengan tema "Tajdid Muhammadiyah" yang diselenggarakan pada tahun sebelumnya. Pertama, MKCHM adalah akronim dari Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, yang mana didalamnya termuat beberapa poin penting...