Hari-hari kita adalah sepetak sawah yang kepalang
Sebagian rumpun padi habis digerogoti keong girang
Biaya pupuk, produksi, bahkan distribusi tinggi menjulang
Sebab, keong girang adalah penguasa yang lancang
Dan nan tinggi menjulang adalah hukum yang timpang
Hari-hari kita adalah sebidang tanah yang malang
Tanah yang perlahan-lahan berkurang
Meteran-meteran kian memanjang
Lalu tanah itu tertancap tanda-tanda dalam tiang
Meteran-meteran memanjang dan lahan berkurang
Hari-hari kita adalah sebuah cangkul yang usang
Dihantui alat alat baru yang datang
Sedang pendapatan hasil panen berkurang
Alat-alat yang dititipkan orang asing menang
Menekan panen dengan dalih inflasi uang
Hari-hari kita adalah food estate yang garang
Menyita lumbung pangan dengan riang
Menikam petani dari belakang
Bagi mereka lumbung adalah tanah lapang
Dan petani adalah para pendatang
Puisiku sungguh susah terbang
Sebab tingginya tembok dan jurang
Sawah adalah harapan
Tanah merupakan warisan
Cangkul hanyalah keahlian
Lumbung sebagian pendapatan
Dan puisiku adalah kehidupan
Sebab hidupku berasal dari pertanian
Selamat Hari Tani, Sehat-sehat Bapak Ibu di Kampung Halaman.
Jogja, 24 September 2022
Komentar
Posting Komentar