Langsung ke konten utama

PUISI; PERTENTANGAN-PERTENTANGAN DALAM KANDANG

Saat pendatang masuk dalam kandang

Para serdadu-serdadu itu menjemput

Mereka masuk dalam kelas-kelas

Masuk dan terhimpun dalam golongan penyambut


Tidak

Mereka bukan serdadu


Saat pendatang masuk dalam kandang

Para pedagang itu membuka lapak

Mereka menawarkan jasa dan barang

Mereka tawarkan sebatang rokok saat berada diwarung kopu

Membual, berlegenda, bersajak, dan berhiperbola

Tak jarang juga mencela


Ya

Mereka adalah pedagang

Tidak lebih baik satu sama lain

Ideologi dijadikan 'barang' murah

Padahal ia bukan barang murahan


Saat pendatang masuk dalam kandang

Simbol-simbolpun bertentangan

Melacurkan diri untuk menambah pasukan

Mereka minim ide

Minim gagasan


Ya

Begitulah jika tempat itu jadi kandang

Yang diisi oleh hewan-hewan bertentang

Jauh dari kata 'juang'


Seorang kawan tergopoh-gopoh

Datang melaporkan keadaan

"Situasi kandang memburuk,

Kran bocor, air merambat masuk perlahan

Memperkeruh keadaan". Ucapannya.


"Biarkan, dan buat kran yang lebih besar

Jadikan kandang ini waduk besar

Dengan air yang memberi kehidupan

Pada ikan, terumbu karang, nelayan, dan orang-orang". Jawab tegas kawan yang ingin merubah kandang.

Jogja, 13 September 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...

PUISI; SUDAHI

Dari kereta kencana hingga lencana petaka Dari pegasus mulia hingga hanoman sengsara Melacak-dabrak sesukamu Menyusuri sisi buasmu Mengisi penuh gelas-gelas hasratmu Laksana keledai di gurun sahara Bias, dan penuh biang bahaya Merona-rona membahana Ternyata, wujudmu halusinasi semata Semua tertipu bayanganmu nan mulia itu  Wahai, ratu kumala berseri Sudahi dan ambillah intisari Yogyakarta, 13 Maret 2022