Langsung ke konten utama

PUISI; NOUMENA

Pada malam gelap yang tidak kelam

Orang-orang menelanjangi diri dengan bangga

Mengumpulkan angka atas rata-rata 

Lalu menyusunnya dalam kata di sebuah nama


Pada ruang sesak yang tidak pengap

Manusia-manusia bertaruh dengan sebatang pena

Memperebutkan kalimat-kalimat puja

Lalu menyematkannya dalam dada


Pada tempat riuh yang tidak ramai

Orang-orang menatap kedepan

Menyangsikan kiri dan kanan

Mundur ibarat kontainer

Maju ibarat buldoser

Melabrak apa saja dan merasa tak apa


Pada perempatan jalan yang tidak macet

Para pengendara kecele

Kaget-kaget dan diklaksoni anomali tirani

Kuasa menyelingkuhi oligarki

Memanipulasi, merasuki, mengencingi

Hingga, satu kata saja tak pernah ada arti


Pada lorong sunyi yang tidak hanya sepi

Segelintir orang menangis lalu meratap

Dalam setiap tetes air matanya adalah fenomena

Dalam setiap isakan deru nafasnya adalah nomena


Jogja, 21 September 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...

PUISI; SUDAHI

Dari kereta kencana hingga lencana petaka Dari pegasus mulia hingga hanoman sengsara Melacak-dabrak sesukamu Menyusuri sisi buasmu Mengisi penuh gelas-gelas hasratmu Laksana keledai di gurun sahara Bias, dan penuh biang bahaya Merona-rona membahana Ternyata, wujudmu halusinasi semata Semua tertipu bayanganmu nan mulia itu  Wahai, ratu kumala berseri Sudahi dan ambillah intisari Yogyakarta, 13 Maret 2022