Langsung ke konten utama

PUISI; NOUMENA

Pada malam gelap yang tidak kelam

Orang-orang menelanjangi diri dengan bangga

Mengumpulkan angka atas rata-rata 

Lalu menyusunnya dalam kata di sebuah nama


Pada ruang sesak yang tidak pengap

Manusia-manusia bertaruh dengan sebatang pena

Memperebutkan kalimat-kalimat puja

Lalu menyematkannya dalam dada


Pada tempat riuh yang tidak ramai

Orang-orang menatap kedepan

Menyangsikan kiri dan kanan

Mundur ibarat kontainer

Maju ibarat buldoser

Melabrak apa saja dan merasa tak apa


Pada perempatan jalan yang tidak macet

Para pengendara kecele

Kaget-kaget dan diklaksoni anomali tirani

Kuasa menyelingkuhi oligarki

Memanipulasi, merasuki, mengencingi

Hingga, satu kata saja tak pernah ada arti


Pada lorong sunyi yang tidak hanya sepi

Segelintir orang menangis lalu meratap

Dalam setiap tetes air matanya adalah fenomena

Dalam setiap isakan deru nafasnya adalah nomena


Jogja, 21 September 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU BARU 23 TAHUN

Aku baru 23 tahun saat kota ini telah tumbuh di abad yang jauh Kota yang tumbuh dari cinta, menjadi pupuk paling purba di kesuburan hatinya  Serupa kota, aku ingin tumbuh bersamamu di atasnya Berbunga lalu berbuah Ranum dan merekah  Tak apa, jika gang - gang sempit membuat kita tersudut dari jahatnya manusia Sungai mataram akan membawa duka bersama airnya yang coklat  Kita tak pernah kalah, sebab kota selalu memeluk kita Dan pantai selatan selalu menyambut senyummu di pangkal hari  Sayang, tak perlu risau Menetaplah di kota ini Bersamaku dan hanya untukku Rindu akan selalu membawa kita datang dan pergi  Di kota ini, hidup adalah penantian jalan pulang Dan pulang adalah makna yang akan membawa kita kembali Mari, kita tumbuh serupa kota ini Jogja, 29 November 2024

PUISI; TIDAK ADA JUDUL

 Semuanya larut begitu saja Dalam tangki motormu yang kuisi dua liter  Sebagai ucapan terimakasih  Atas perjalanan singkat kita dimalam yang kaku Kau pergi begitu saja Tanpa pesan meninggalkan derus mesin Scoopy putih dalam dadaku Deru mesin yang memompa jantungku berdetak lebih kencang Sekencang hisapan rokok suryaku menjelang pagi di balkon rumah Rumah kawan pelarian ku malam itu 2025, awal tahun yang buruk untuk memperbaiki hubungan kita Entah bagaimana jadinya nanti aku tidak tau Menunggu atau aku yang akan menghampirimu  Makin lama matahari makin hangat Dan kubiarkan resah menguap di udara Semoga hangat sampai ke dadamu di pagi buta Jogja, 4 Januari 2025