Langsung ke konten utama

PUISI; MALAM PANJANG

Malam itu adalah malam yang panjang

Meneguk kopi sampai ampasnya

Menghisap rokok hingga puntung tak ada


Matanya adalah bulan sabit

Namun ia paksakan layak bintang terus berkedip


Esok dan esok-esoknya

Ia akan menemui hari yang panjang

Tidak muat dalam hitungan arloji

Bahkan dentingan jarum lebih cepat dari buroq Muhammad

Apalagi Asif yang diperintah Sulaiman membawa singgasana


Dan ia

Sedang bercengkrama dalam sunyi

Sesekali berteriak, memaki, dan tiba tiba menangisi

Sekali lagi, hanya dalam sunyi


Ketika kantuk mengetuk pintu

Ia benamkan kepalanya pada kapuk

Sungguh ia tidak bisa tentram

Meski hujan membawa nyanyian


Rupanya

Kepalanya sedang bergejolak

Dan hatinya sedang beriak

Tragisnya

Keduanya juga bertengkar


Jogja, 21 Oktober 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...

PUISI; SUDAHI

Dari kereta kencana hingga lencana petaka Dari pegasus mulia hingga hanoman sengsara Melacak-dabrak sesukamu Menyusuri sisi buasmu Mengisi penuh gelas-gelas hasratmu Laksana keledai di gurun sahara Bias, dan penuh biang bahaya Merona-rona membahana Ternyata, wujudmu halusinasi semata Semua tertipu bayanganmu nan mulia itu  Wahai, ratu kumala berseri Sudahi dan ambillah intisari Yogyakarta, 13 Maret 2022