Langsung ke konten utama

PUISI; MALAM PANJANG

Malam itu adalah malam yang panjang

Meneguk kopi sampai ampasnya

Menghisap rokok hingga puntung tak ada


Matanya adalah bulan sabit

Namun ia paksakan layak bintang terus berkedip


Esok dan esok-esoknya

Ia akan menemui hari yang panjang

Tidak muat dalam hitungan arloji

Bahkan dentingan jarum lebih cepat dari buroq Muhammad

Apalagi Asif yang diperintah Sulaiman membawa singgasana


Dan ia

Sedang bercengkrama dalam sunyi

Sesekali berteriak, memaki, dan tiba tiba menangisi

Sekali lagi, hanya dalam sunyi


Ketika kantuk mengetuk pintu

Ia benamkan kepalanya pada kapuk

Sungguh ia tidak bisa tentram

Meski hujan membawa nyanyian


Rupanya

Kepalanya sedang bergejolak

Dan hatinya sedang beriak

Tragisnya

Keduanya juga bertengkar


Jogja, 21 Oktober 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; TIDAK ADA JUDUL

 Semuanya larut begitu saja Dalam tangki motormu yang kuisi dua liter  Sebagai ucapan terimakasih  Atas perjalanan singkat kita dimalam yang kaku Kau pergi begitu saja Tanpa pesan meninggalkan derus mesin Scoopy putih dalam dadaku Deru mesin yang memompa jantungku berdetak lebih kencang Sekencang hisapan rokok suryaku menjelang pagi di balkon rumah Rumah kawan pelarian ku malam itu 2025, awal tahun yang buruk untuk memperbaiki hubungan kita Entah bagaimana jadinya nanti aku tidak tau Menunggu atau aku yang akan menghampirimu  Makin lama matahari makin hangat Dan kubiarkan resah menguap di udara Semoga hangat sampai ke dadamu di pagi buta Jogja, 4 Januari 2025

OPINI; Kita dan Politik Praktis ( Kode Etik Warga Muhammadiyah Berpolitik )

 Kita dan Politik Praktis Bismillahirrahmanirrahim Saya awali tulisan ini dengan kalimat tersebut agar apa yang saya tuliskan tidak salah dan sesuai dengan apa yang ditetapkan. Dan juga, supaya tulisan ini dapat diterima oleh semua elemen persyarikatan. Yaitu, Muhammadiyah. Pada dekade awal Organisasi Islam Muhammadiyah, yaitu kisaran tahun 20-50 an, Muhammadiyah masih sibuk membenahi internal persyarikatan. Muhammadiyah konsen terhadap dunia pendidikan serta problematika sosial masyarakat umum pada saat itu. Memasuki era kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada Tanwir Muhammadiyah di Ponorogo tahun 1968. Muhammadiyah menghadirkan dua putusan yang sangat bijaksana. Yaitu, MKCHM dan Khittah Ponorogo. Keputusan ini adalah amanat dari Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta dengan tema "Tajdid Muhammadiyah" yang diselenggarakan pada tahun sebelumnya. Pertama, MKCHM adalah akronim dari Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, yang mana didalamnya termuat beberapa poin penting...