Langsung ke konten utama

PUISI; BAGIMU NEGRI, BAGIKU NGERI

Bagimu negri

Bagiku ngeri


Kita melintang antara Sabang dan Merauke


Kamu adalah ibu kota

Sedang aku adalah pelosok desa

Kamu adalah Banda Neira 

Sedang aku adalah bandar limbah rumah tangga


Bola matamu adalah senja pulau Dewata

Senyummu adalah pelangi samudera Hindia 

Hidungmu tinggi puncak Jaya Wijaya 

Sedang alismu, adalah bibir Raja Ampat yang tertata


Ibarat kata

Kamu adalah pasundan

Yang katanya

Lahir saat Tuhan tersenyum


Atau

Kamu adalah Jogja Istimewa

Yang katanya

Terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan


Bagimu negri

Bagiku ngeri


Kagumku adalah produk parlemen di negeri kita

Jauh dari harapan

Cintaku adalah hutan Kalimantan

Akan lenyap, hangus, dan segera tenggelam


Jogja, 20 Oktober 2022


Diikutsertakan dalam lomba sayembara puisi UMT 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...

PUISI; SUDAHI

Dari kereta kencana hingga lencana petaka Dari pegasus mulia hingga hanoman sengsara Melacak-dabrak sesukamu Menyusuri sisi buasmu Mengisi penuh gelas-gelas hasratmu Laksana keledai di gurun sahara Bias, dan penuh biang bahaya Merona-rona membahana Ternyata, wujudmu halusinasi semata Semua tertipu bayanganmu nan mulia itu  Wahai, ratu kumala berseri Sudahi dan ambillah intisari Yogyakarta, 13 Maret 2022