Langsung ke konten utama

PUISI; ANOMALI-ANOMALI GERAKAN

Dan ternyata

Deras hujan tak sedikitpun memadamkan

Jiwa yang terbakar


Sekelompok minoritas

Menerjang arus kelaziman 

Mencari-cari dan berusaha menemukan


Mayoritas yang berbondong-bondong

Bersorak-sorai merayakan kebodohan 


Mereka lihat bangunan megah

Mencarinya dalam sudut-sudut kelas

Ternyata mereka tidak disana

Pestapora telah menyembunyikannya


Merika lihat warung kopi

Warung kopi yang katanya lumbung diskusi

Ternyata mereka tidak disana

Keramaian yang memanipulasi, ternyata hanya diri sendiri dalam ruang persegi


Mereka lihat jalanan panas

Jalanan yang katanya muaranya keadilan

Ternyata mereka tidak disana

Hanya seonggok tubuh, tanpa jiwa yang utuh

Meneriakkan, "Alerta! Alerta! Antifascista!!"

Dalam instastory semata


Lalu, sekawan minoritas ingin beradaptasi

Mencoba masuk dalam sendi-sendi teknologi-informasi

Ternyata mereka juga tidak disana

Malam larut telah menculiknya

Dalam depresi akibat teknologi dan dehidrasi informasi 


Dan ternyata

Deras hujan tak sedikitpun memadamkan

Jiwa yang terbakar

Sekelompok kecil itu masih merindukan perubahan


Jogja, 30 September 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; TIDAK ADA JUDUL

 Semuanya larut begitu saja Dalam tangki motormu yang kuisi dua liter  Sebagai ucapan terimakasih  Atas perjalanan singkat kita dimalam yang kaku Kau pergi begitu saja Tanpa pesan meninggalkan derus mesin Scoopy putih dalam dadaku Deru mesin yang memompa jantungku berdetak lebih kencang Sekencang hisapan rokok suryaku menjelang pagi di balkon rumah Rumah kawan pelarian ku malam itu 2025, awal tahun yang buruk untuk memperbaiki hubungan kita Entah bagaimana jadinya nanti aku tidak tau Menunggu atau aku yang akan menghampirimu  Makin lama matahari makin hangat Dan kubiarkan resah menguap di udara Semoga hangat sampai ke dadamu di pagi buta Jogja, 4 Januari 2025

OPINI; Kita dan Politik Praktis ( Kode Etik Warga Muhammadiyah Berpolitik )

 Kita dan Politik Praktis Bismillahirrahmanirrahim Saya awali tulisan ini dengan kalimat tersebut agar apa yang saya tuliskan tidak salah dan sesuai dengan apa yang ditetapkan. Dan juga, supaya tulisan ini dapat diterima oleh semua elemen persyarikatan. Yaitu, Muhammadiyah. Pada dekade awal Organisasi Islam Muhammadiyah, yaitu kisaran tahun 20-50 an, Muhammadiyah masih sibuk membenahi internal persyarikatan. Muhammadiyah konsen terhadap dunia pendidikan serta problematika sosial masyarakat umum pada saat itu. Memasuki era kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada Tanwir Muhammadiyah di Ponorogo tahun 1968. Muhammadiyah menghadirkan dua putusan yang sangat bijaksana. Yaitu, MKCHM dan Khittah Ponorogo. Keputusan ini adalah amanat dari Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta dengan tema "Tajdid Muhammadiyah" yang diselenggarakan pada tahun sebelumnya. Pertama, MKCHM adalah akronim dari Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, yang mana didalamnya termuat beberapa poin penting...