Langsung ke konten utama

PUISI; AKU KECELE LAGI

Ada yang memoderatori diri sendiri

Ambil alih semua sisi

Tak boleh satupun yang dibagi

Sedangkan yang lain sibuk uruskan properti

Agar bisa naik mendaki tinggi


Mereka yang lain sudah pergi

Mencari apa yang dia sukai

Rumah, katanya penuh duri

Tak menghidupi diri

Tak memberi inspirasi


Dan masih ada lagi 

Ia menceritakan aib sendiri

Habiskan semua kata untuk puji

Anggap diri kuasa bumi

Tak ada yang bisa hentikan nadi


Lalu kuceritakan lagi

Mereka yang berjalan sendiri

Pelan pelan lama berhenti

Muak dengan segala tendensi

Jauh dari kata ambisi

Tapi lupa akan waktu berlari


Sedangkan diri sendiri

Mencoba jalani hari-hari

Lepaskan semua ekspektasi

Jauhkan semua spekulasi

Membangun istana kelompok kami


Suatu hari nanti

Kan jadi cerita abadi

Untuk anak anak kami nanti

Musuh dari musuh adalah teman sehati


Jogja, 24 September 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; TIDAK ADA JUDUL

 Semuanya larut begitu saja Dalam tangki motormu yang kuisi dua liter  Sebagai ucapan terimakasih  Atas perjalanan singkat kita dimalam yang kaku Kau pergi begitu saja Tanpa pesan meninggalkan derus mesin Scoopy putih dalam dadaku Deru mesin yang memompa jantungku berdetak lebih kencang Sekencang hisapan rokok suryaku menjelang pagi di balkon rumah Rumah kawan pelarian ku malam itu 2025, awal tahun yang buruk untuk memperbaiki hubungan kita Entah bagaimana jadinya nanti aku tidak tau Menunggu atau aku yang akan menghampirimu  Makin lama matahari makin hangat Dan kubiarkan resah menguap di udara Semoga hangat sampai ke dadamu di pagi buta Jogja, 4 Januari 2025

OPINI; Kita dan Politik Praktis ( Kode Etik Warga Muhammadiyah Berpolitik )

 Kita dan Politik Praktis Bismillahirrahmanirrahim Saya awali tulisan ini dengan kalimat tersebut agar apa yang saya tuliskan tidak salah dan sesuai dengan apa yang ditetapkan. Dan juga, supaya tulisan ini dapat diterima oleh semua elemen persyarikatan. Yaitu, Muhammadiyah. Pada dekade awal Organisasi Islam Muhammadiyah, yaitu kisaran tahun 20-50 an, Muhammadiyah masih sibuk membenahi internal persyarikatan. Muhammadiyah konsen terhadap dunia pendidikan serta problematika sosial masyarakat umum pada saat itu. Memasuki era kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada Tanwir Muhammadiyah di Ponorogo tahun 1968. Muhammadiyah menghadirkan dua putusan yang sangat bijaksana. Yaitu, MKCHM dan Khittah Ponorogo. Keputusan ini adalah amanat dari Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta dengan tema "Tajdid Muhammadiyah" yang diselenggarakan pada tahun sebelumnya. Pertama, MKCHM adalah akronim dari Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, yang mana didalamnya termuat beberapa poin penting...