Langsung ke konten utama

PUISI; AKU KECELE LAGI

Ada yang memoderatori diri sendiri

Ambil alih semua sisi

Tak boleh satupun yang dibagi

Sedangkan yang lain sibuk uruskan properti

Agar bisa naik mendaki tinggi


Mereka yang lain sudah pergi

Mencari apa yang dia sukai

Rumah, katanya penuh duri

Tak menghidupi diri

Tak memberi inspirasi


Dan masih ada lagi 

Ia menceritakan aib sendiri

Habiskan semua kata untuk puji

Anggap diri kuasa bumi

Tak ada yang bisa hentikan nadi


Lalu kuceritakan lagi

Mereka yang berjalan sendiri

Pelan pelan lama berhenti

Muak dengan segala tendensi

Jauh dari kata ambisi

Tapi lupa akan waktu berlari


Sedangkan diri sendiri

Mencoba jalani hari-hari

Lepaskan semua ekspektasi

Jauhkan semua spekulasi

Membangun istana kelompok kami


Suatu hari nanti

Kan jadi cerita abadi

Untuk anak anak kami nanti

Musuh dari musuh adalah teman sehati


Jogja, 24 September 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...

PUISI; SUDAHI

Dari kereta kencana hingga lencana petaka Dari pegasus mulia hingga hanoman sengsara Melacak-dabrak sesukamu Menyusuri sisi buasmu Mengisi penuh gelas-gelas hasratmu Laksana keledai di gurun sahara Bias, dan penuh biang bahaya Merona-rona membahana Ternyata, wujudmu halusinasi semata Semua tertipu bayanganmu nan mulia itu  Wahai, ratu kumala berseri Sudahi dan ambillah intisari Yogyakarta, 13 Maret 2022