Aku ingin kita bercerita dibelakang rumah itu
Rumah panggung sederhana berlantai dua
Di lantai satu, tempat rak buku kita tata rapi
Aku ingin kita berkuasa atas dunia
Menceritakan kebodohan sejak bangun tadi pagi
Menceritakan malam-malam yang penuh mimpi
Atau bahkan, menceritakan jika esok pagi kita tidak lagi melihat matahari
Kelak, jika lumbung padi kita sudah habis dan kau dapati simpanan berkurang
Ingat lagi saat bahagianya kita dengan panen melimpah
Hati riang anak saat bermain disawah kala musim tanam datang
Atau, saat senyum merekah dipagi hari melihat padi yang menguning
Dik, siapakah yang mau dipinang dengan seikat benih padi dan sebuah alat bajak keluaran jepang?
Atau mungkin sebilah pohon bambu untuk membangun rumah panggung?
Tapi dik, siapapun itu
Aku selalu ingin menuju senja disini dan seperti ini
Menikmati sore sambil menyeruput kopi dan membaca buku.
Lalu, saat maghrib datang. Bergegas mengajak anak pergi ke surau. Hingga malam datang, kita terlelap dengan tenang.
Dik, saat bumi itu tak lagi layak huni
Lalu, engkau lihat aku dalam keadaan terpojok
Strategi perang yang ku pakai gagal
Bawalah diriku ke eden kita tadi dik
Menenangkan fikiran, meninggalkan dunia terlebih dahulu
Aku dengar
Kerumunan itu menyeramkan
Sesak dan penuh oleh perlombaan
Tapi, kita tak bisa hindari bukan?
Aku akan kembali ke medan perang
Mau tidak mau, kita harus menang
Dan, eden itu adalah rumah kita nanti
Tempat kita menyusun strategi
Jogja, 3 Oktober 2022
Komentar
Posting Komentar