Langsung ke konten utama

PUISI; PADA TAHUN AJARAN BARU

Dalam

sebuah pagi riang

Ada jiwa 

yang bercerita

Dibelakangnya

Tersimpan 

setumpuk alasan

Dan dalam 

hadapnya

Aku tak tau

Maksud dan tujuan


Pada 

sepasang bola mata 

diantara mereka

Aku melihat

Ada tangisan 

yang mengucur 

karena putus cinta


Pada 

lapisan bibir 

diantara mereka

Aku melihat

Ada umpatan 

yang terlontar

karena uang saku kurang


Pada 

sepasang kaki dan tangan

diantara mereka

Aku melihat

Ada kegembiraan 

yang meledak 

karena pesta pora ABG labil


Hahahaha

Hahahaha


Tapi

Aku tidak tau

Ketika nanti


Hujan tidak lagi menurunkan air

Bara tidak lagi mengobarkan api

Dan ketika

Rakyat jelata 

menjerit-jerit,

mengisak tangis, 

dan membasuh luka

Apa 

yang akan mereka lakukan?


Akankah 

mata melihat 

persoalan sekitar?

Akankah 

lapisan bibir 

meneriakkan keadilan?

Dan 

akankah 

seonggok daging tubuh mereka turun kejalanan

meyuarakan kebenaran?


Dan 

yang aku lihat 

adalah

Mereka adik adikku

Mahasiswa baru!


Jogja, 9 September 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; AKU BARU 23 TAHUN

Aku baru 23 tahun saat kota ini telah tumbuh di abad yang jauh Kota yang tumbuh dari cinta, menjadi pupuk paling purba di kesuburan hatinya  Serupa kota, aku ingin tumbuh bersamamu di atasnya Berbunga lalu berbuah Ranum dan merekah  Tak apa, jika gang - gang sempit membuat kita tersudut dari jahatnya manusia Sungai mataram akan membawa duka bersama airnya yang coklat  Kita tak pernah kalah, sebab kota selalu memeluk kita Dan pantai selatan selalu menyambut senyummu di pangkal hari  Sayang, tak perlu risau Menetaplah di kota ini Bersamaku dan hanya untukku Rindu akan selalu membawa kita datang dan pergi  Di kota ini, hidup adalah penantian jalan pulang Dan pulang adalah makna yang akan membawa kita kembali Mari, kita tumbuh serupa kota ini Jogja, 29 November 2024

PUISI; AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPP

AKU MASIH MENCINTAIMU, LAPTOPPP!!!! Aku masih mencintaimu laptop Malam ini aku menyeggamaimu Tapi tepat pada pukul 23.50 engkau malah berulah Kalera! ujarku Padahal, tahukah engkau? Aku ingin mengajakmu berfantasi malam ini Jemariku telah lama merindukan lembutnya keyboardmu Mataku sudah birahi ingin menatap layarmu Engkau malah ejakulasi sebelum dieksekusi Aku ingin mengajakmu berselancar dalam imaji Menyeruput kopi mos khas kampung kami yang tak akan pernah engkau temui di Indomaret manapun Aku ingin mengepulkan asap-asap yang keluar dari mulutku ke mulutmu Yang diterangi lampu jalan depan rumah kita Eitss, entah kepulan asap atau embun Aku juga sulit membedakan Sebab mulutku sudah ibarat molen pengaduk semen dan pasir Udara disini sangat dingin sayang Seperti dinginnya sikap dia Engkau tahu? Karena ulahmu tadi Kopi hitamku bersileak karena jatuh diatas palanta dari pariang itu Bergediak lantai jadinya Maka, saat kau telah siuman Aku tak tau, entah apa yang mengetuk hatimu Untuk mela...