Langsung ke konten utama

PUISI: KISAH DAPUR DUA SISI

Apa guna seni, jika indahnya tidak mengetuk hati

Apa guna puisi, jika sajaknya tidak menguncang tirani

Puisi persembahan untuk negara, dari saya anak rakyat jelata!!!

KISAH DAPUR DUA SISI

Sebuah sajak ironi

Cipta Kata Ramadhanur Putra

..........................

Disudut dapur

seorang miskin

dan melarat

Pasutri berdialog


"Dik, 

mulai sekarang. 

Kita kurangi waktu 

memakai motor ya!"

Ujar sang suami


"Lah, 

kenapa Mas?" 

Tanya 

si Istri


Lantas 

dijawab oleh Suami

"Harga BBM naik

sedang gajiku 

masih rendah!

Besok, 

aku turun ke jalan 

bersama Mahasiswa. 

Ikut demonstrasi dik!"


"Mas, 

kalau begitu

Lakukanlah! 

Tapi hati-hati 

September menghantuimu, mengincar daftar hitam

untukmu!" 


Disudut dapur

seorang konglomerat 

dan birokrat 

Pasutri berdialog


"Dik, 

bulan ini 

kita liburan ya

Keluar negrii 

bersama keluarga tercinta!" 

Ujar sang Suami 


"Lah, 

ada gerangan apa Mas?" 

Tanya si Istri


Lantas 

dijawab oleh Suami

"Aku

baru saja 

dapat hadiah, 

proyekku di dewan rakyat tuntas"


"Mas, 

kalau begitu

aku 

akan kabari anak-anak 

mereka pasti bahagia."


Di ruang tamu

rumah kontrakan 

Pasutri miskin dan melarat


Seorang anak muda 

dengan telivisi usang

Melihat politisi 

dengan senyum manipulatif menyapa rakyat


Ia bergumam, 

"Aku harus sukses, 

menjadi Dewan Rakyat. 

Kaya raya 

dan bisa kemana saja!"


Di ruang tamu

Rumah dinas

Pasutri konglomerat dan birokrat


Seorang anak muda 

dengan handphone keluaran terbaru

Menyaksikan aksi demonstrasi

menuntut kenaikan harga BBM


Ia berguman, 

"Bagaimana 

aku bisa bersenang-senang

diatas kesengsaraan orang banyak!"


Jogja, 9 September 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERITA; SINTA MENUNGGU RAMA

Bersabarlah barang sejenak Sinta! Tenang saja, aku akan menghampirimu di tengah pulau itu. Kamu tau? Aku sedang menanak puisi untuk kita santap sembari menunggu matahari terbenam nanti. Tapi, jika nanti aku menghampirimu dengan keadaan tak berdaya. Maka, keribaanmulah yang akan menjadi sampan bagiku kesana. Sinta, tolonglah kamu jelaskan dulu pada mereka bahwa cinta itu bukan barang murah yang seenaknya dapat diobral sana-sini.  Bahwa cinta itu harus di bentuk dengan proses panjang dan teliti. Penuh ketabahan dan juga keuletan. Jadi, selama di tengah pulau sana. Bersabarlah kau menungguku, menyuguhkan cinta untukmu. Lalu kita seduh dan nikmati bersama. Sinta oh sinta. Firasatku, diri ini akan jadi abu di atas tunggul. Tapi tak apa, setidaknya aku akan menjadi kayu yang menyilang api untukmu dan menjadi bara yang akan mengantar hangat padamu. Kebawah tidak berakar, keatas tidak berpucuk, dan ditengah dirayapi kumbang. Begitulah ketidak berdayaan ku sekarang menghampirimu. Jadi, sabar du

PUISI; AKU INGIN

Aku ingin kita bercerita dibelakang rumah itu Rumah panggung sederhana berlantai dua Di lantai satu, tempat rak buku kita tata rapi Aku ingin kita berkuasa atas dunia Menceritakan kebodohan sejak bangun tadi pagi Menceritakan malam-malam yang penuh mimpi Atau bahkan, menceritakan jika esok pagi kita tidak lagi melihat matahari Kelak, jika lumbung padi kita sudah habis dan kau dapati simpanan berkurang Ingat lagi saat bahagianya kita dengan panen melimpah Hati riang anak saat bermain disawah kala musim tanam datang Atau, saat senyum merekah dipagi hari melihat padi yang menguning Dik, siapakah yang mau dipinang dengan seikat benih padi dan sebuah alat bajak keluaran jepang? Atau mungkin sebilah pohon bambu untuk membangun rumah panggung? Tapi dik, siapapun itu Aku selalu ingin menuju senja disini dan seperti ini Menikmati sore sambil menyeruput kopi dan membaca buku. Lalu, saat maghrib datang. Bergegas mengajak anak pergi ke surau. Hingga malam datang, kita terlelap dengan tenang. Dik,

PUISI; JALAN SUNYI

Maka ingatlah Ketika malam mengambil ikrar dari akar pohon kelapa Bulan dan bintang menyisir sumpah serapah tetua Bersama cahaya lilin dalam ruang-ruang gelap Sunyi tapi tak pernah sepi Satu persatu lilin mati Dalam benak yang penuh ekspektasi Amukan cinta dan benci Menyisakan kau sendiri Dalam jalan sunyi Lihatlah kawanmu Berlari-lari Tertawa tak henti Mengisi ruang-ruang hati Mengajak berdiri Menyusuri duri jalan ini Seperti bunga Kita tumbuh Mekar harum dan berseri Menghadapi jalan sunyi -Jogja, 08 Agustus 2023