Langsung ke konten utama

PUISI; JIKA KITA

Jika langkah kita menyusuri jalan setapak yang tak searah

Atau seyuman kita diculik oleh bahagia yang tak sama


Aku harap itu tidak jadi samudera jurang kita


Samudera dengan badai ganas

Menenggelamkan kapal dengan bringas

Lalu berujung serpih-serpih di dermaga kandas


Jika langkah kita menyusuri jalan setapak yang tak searah

Atau seyuman kita diculik oleh bahagia yang tak sama


Aku harap itulah sampan yang benar-benar kokoh


Mendayung satu persatu

Awak sampan yang tak kenal lesu

Menuju pesisir indah yang dituju


Jika langkah kita menyusuri jalan setapak yang tak searah

Atau seyuman kita diculik oleh bahagia yang tak sama


Aku harap

Kita adalah kita

Dengan niat ikhlas untuk sang pencipta

Menuju muara itu jua

Meski mengalirnya tak lagi pada sungai yang sama


Jogja, 3 September 2022 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; TIDAK ADA JUDUL

 Semuanya larut begitu saja Dalam tangki motormu yang kuisi dua liter  Sebagai ucapan terimakasih  Atas perjalanan singkat kita dimalam yang kaku Kau pergi begitu saja Tanpa pesan meninggalkan derus mesin Scoopy putih dalam dadaku Deru mesin yang memompa jantungku berdetak lebih kencang Sekencang hisapan rokok suryaku menjelang pagi di balkon rumah Rumah kawan pelarian ku malam itu 2025, awal tahun yang buruk untuk memperbaiki hubungan kita Entah bagaimana jadinya nanti aku tidak tau Menunggu atau aku yang akan menghampirimu  Makin lama matahari makin hangat Dan kubiarkan resah menguap di udara Semoga hangat sampai ke dadamu di pagi buta Jogja, 4 Januari 2025

OPINI; Kita dan Politik Praktis ( Kode Etik Warga Muhammadiyah Berpolitik )

 Kita dan Politik Praktis Bismillahirrahmanirrahim Saya awali tulisan ini dengan kalimat tersebut agar apa yang saya tuliskan tidak salah dan sesuai dengan apa yang ditetapkan. Dan juga, supaya tulisan ini dapat diterima oleh semua elemen persyarikatan. Yaitu, Muhammadiyah. Pada dekade awal Organisasi Islam Muhammadiyah, yaitu kisaran tahun 20-50 an, Muhammadiyah masih sibuk membenahi internal persyarikatan. Muhammadiyah konsen terhadap dunia pendidikan serta problematika sosial masyarakat umum pada saat itu. Memasuki era kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada Tanwir Muhammadiyah di Ponorogo tahun 1968. Muhammadiyah menghadirkan dua putusan yang sangat bijaksana. Yaitu, MKCHM dan Khittah Ponorogo. Keputusan ini adalah amanat dari Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta dengan tema "Tajdid Muhammadiyah" yang diselenggarakan pada tahun sebelumnya. Pertama, MKCHM adalah akronim dari Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, yang mana didalamnya termuat beberapa poin penting...