Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2022

PUISI; POTRET MAHASISWA ERA OLIGARKI

Pada rezim oligarki Mahasiswa turun aksi Terlukanya hati Mereka konsolidasi Segelintir mahasiswa Berteriak sekencang-kencangnya di persimpangan jalan  Menangis sekeras-kerasnya Akibat bangsa kacau sana sini Dan Pada rezim oligarki Mahasiswa berjiwa rapuh Tekhnologi informasi menjarah Mereka adalah jiwa jiwa yang patah Segelintir mahasiswa Berteriak sekencang-kencangnya di sudut ruang-ruang sepi Menangis sekeras-kerasnya Akibat tubuh kacau sana sini Jogja, 13 September 2022

PUISI; PERTENTANGAN - PERTENTANGAN DALAM KANDANG

Saat pendatang masuk dalam kandang Para serdadu-serdadu itu menjemput Mereka masuk dalam kelas-kelas Masuk dan terhimpun dalam golongan penyambut Tidak Mereka bukan serdadu Saat pendatang masuk dalam kandang Para pedagang itu membuka lapak Mereka menawarkan jasa dan barang Mereka tawarkan sebatang rokok saat berada diwarung kopu Membual, berlegenda, bersajak, dan berhiperbola Tak jarang juga mencela Ya Mereka adalah pedagang Tidak lebih baik satu sama lain Ideologi dijadikan 'barang' murah Padahal ia bukan barang murahan Saat pendatang masuk dalam kandang Simbol-simbolpun bertentangan Melacurkan diri untuk menambah pasukan Mereka minim ide Minim gagasan Ya Begitulah jika tempat itu jadi kandang Yang diisi oleh hewan-hewan bertentang Jauh dari kata 'juang' Seorang kawan tergopoh-gopoh Datang melaporkan keadaan "Situasi kandang memburuk, Kran bocor, air merambat masuk perlahan Memperkeruh keadaan". Ucapannya. "Biarkan, dan buat kran yang lebih besar Jadikan

PUISI; PERTANYAAN PERTANYAAN

 Apa yang mampu membuat kita sama sama terancam Apa yang bisa membuat kita sama sama percaya Apa yang sanggup membuat kita sama sama berjuang Jika ada yang tau segera kabarkan Agar tidak ada lagi siku yang menyikut Agar tidak ada lagi tangan yang mendorong Agar tidak ada lagi kaki yang membalik Dan agar kita yakin bahwa kemenangan akan tiba Jogja, 11 September 2022

PUISI; PADA TAHUN AJARAN BARU

Dalam sebuah pagi riang Ada jiwa  yang bercerita Dibelakangnya Tersimpan  setumpuk alasan Dan dalam  hadapnya Aku tak tau Maksud dan tujuan Pada  sepasang bola mata  diantara mereka Aku melihat Ada tangisan  yang mengucur  karena putus cinta Pada  lapisan bibir  diantara mereka Aku melihat Ada umpatan  yang terlontar karena uang saku kurang Pada  sepasang kaki dan tangan diantara mereka Aku melihat Ada kegembiraan  yang meledak  karena pesta pora ABG labil Hahahaha Hahahaha Tapi Aku tidak tau Ketika nanti Hujan tidak lagi menurunkan air Bara tidak lagi mengobarkan api Dan ketika Rakyat jelata  menjerit-jerit, mengisak tangis,  dan membasuh luka Apa  yang akan mereka lakukan? Akankah  mata melihat  persoalan sekitar? Akankah  lapisan bibir  meneriakkan keadilan? Dan  akankah  seonggok daging tubuh mereka turun kejalanan meyuarakan kebenaran? Dan  yang aku lihat  adalah Mereka adik adikku Mahasiswa baru! Jogja, 9 September 2022

PUISI: KISAH DAPUR DUA SISI

Apa guna seni, jika indahnya tidak mengetuk hati Apa guna puisi, jika sajaknya tidak menguncang tirani Puisi persembahan untuk negara, dari saya anak rakyat jelata!!! KISAH DAPUR DUA SISI Sebuah sajak ironi Cipta Kata Ramadhanur Putra .......................... Disudut dapur seorang miskin dan melarat Pasutri berdialog "Dik,  mulai sekarang.  Kita kurangi waktu  memakai motor ya!" Ujar sang suami "Lah,  kenapa Mas?"  Tanya  si Istri Lantas  dijawab oleh Suami "Harga BBM naik sedang gajiku  masih rendah! Besok,  aku turun ke jalan  bersama Mahasiswa.  Ikut demonstrasi dik!" "Mas,  kalau begitu Lakukanlah!  Tapi hati-hati  September menghantuimu, mengincar daftar hitam untukmu!"  Disudut dapur seorang konglomerat  dan birokrat  Pasutri berdialog "Dik,  bulan ini  kita liburan ya Keluar negrii  bersama keluarga tercinta!"  Ujar sang Suami  "Lah,  ada gerangan apa Mas?"  Tanya si Istri Lantas  dijawab oleh Suami "Aku baru saj

PUISI; KISAH KASIH BBM PADA SEPTEMBER

"Dik, mulai sekarang. Kita kurangi jalan-jalan ya." Ucap Burhan pada Juleha kekasihnya. "Lah, kenapa Mas?" Bantah Juleha. "Harga BBM naik Dik, Aku harus giat bekerja dulu. Sekaligus, ikut bersama Mahasiswa turun kejalan." Jawab Burhan percaya diri. "Mas, kalau memang begitu yang terbaik untuk kita. Maka, lakukanlah. Tapi, satu hal yang aku minta. Jangan sampai namamu tercatat dalam deretan kasus September Hitam yang tak kunjung usai!" Ujar Juleha dengan nada rendah. Jogja, 4 September 2022

PUISI; MEMETIK

Memetik kenangan yang pernah kita tanam satu tahun lalu. Sendirian, tanpa kamu disisiku Ini bukan panen, melainkan penggusuran ingatan. Sebab, kau sudah enggan untuk menumbuh suburkan kerinduan Padang, 30 Mei 2022

PUISI; KITA GAGAP

Kita gagap dalam membangun relasi Relasi sosial kita terbentuk dengan keterpaksaan Berpura-pura menjadi akrab dan saling memperhatikan  Hingga akhirnya, saat masalah menghadang Tidak ada i'tikad baik untuk saling menyelesaikan Jogja, 16 Juli 2022

PUISI; HAKIKAT CINTA

Cinta  tak seharusnya  membuatmu buta,  luput melihat sekitar yang berharga. Cinta  tak seharusnya  membuatmu nelangsa, mengutuk dirimu  jadi budak rasa  sekejap mata. Cinta  mesti mengantarmu  pada pribadi yang berjiwa. Lepas  dan tidak melihat dunia  dalam  dua pasang bola mata saja. Jogja, 13 Agustus 2022

PUISI; ABSTRAKSI TUJU

Ini adalah penjara Jika paksa dan tuntut mendera Ini  adalah hampa Jika opsi dan pasrah membawa Jika kata dan maya yang berkuasa Maka, temuilah fakta Jika tugu dan wisata yang menghasut Maka, temuilah hari  saat larut Apabila mega dan nama  yang mengiring Maka, saksikanlah aib dibilik-bilik suram Apabila sarjana dan wisuda yang mengiming Maka, saksikanlah pabrik-pabrik dengan wajah suram Wahaaai Handai Taulaann!! Maka,  jika abstraksi tuju ialah semu Ingatlah rindu-rindu dibalik senyum ibu Aku Kau Dia dan Mereka Menapak cinta kasta Mencari muara impian Jogja, 7 September 2022

PUISI; JIKA KITA

Jika langkah kita menyusuri jalan setapak yang tak searah Atau seyuman kita diculik oleh bahagia yang tak sama Aku harap itu tidak jadi samudera jurang kita Samudera dengan badai ganas Menenggelamkan kapal dengan bringas Lalu berujung serpih-serpih di dermaga kandas Jika langkah kita menyusuri jalan setapak yang tak searah Atau seyuman kita diculik oleh bahagia yang tak sama Aku harap itulah sampan yang benar-benar kokoh Mendayung satu persatu Awak sampan yang tak kenal lesu Menuju pesisir indah yang dituju Jika langkah kita menyusuri jalan setapak yang tak searah Atau seyuman kita diculik oleh bahagia yang tak sama Aku harap Kita adalah kita Dengan niat ikhlas untuk sang pencipta Menuju muara itu jua Meski mengalirnya tak lagi pada sungai yang sama Jogja, 3 September 2022 

PUISI; ASAP DAN SESAK

Asap mengepul dalam awang-awang kepalanya Sepertinya setiap kepulan yang dikeluarkan padat Penuh dengan keluh-kesah Tidak, lebih tepatnya rasa lelah Dia hisap lagi lintingan itu sedalam-dalamnya Seperti ingin mengubur dalam-dalam payahnya Payah yang penuh dengan resah Tidak, lebih tepatnya rasa jengah Sampai pada hisapan terakhir Saat bara api mencapai titik paling pendek Sedikit hangat pada bagian kumis dan hidung ketika dihisap  Dia temui kebuntuan Puntung rokok berakhir remuk dalam asbak yang sesak Jogja, 1 September 2022

PUISI; ANGKRINGAN

Angkringan tidak hanya menawarkan gorengan, nasi kucing, dan aneka minuman. Lebih dari pada itu, angkringan menawarkan ruang untuk bercerita sambil mencicipi sate usus.  Berbagi keluh kesah sambil menyeruput es teh.  Atau menertawakan 'kebodohan' sembari 'makan hati' ayam. Jogja, 29 Agustus 2022