Dan pada detik tertentu
Jogja menjadi kenyataan pahit dari mimpi yang manis
Biduk yang didayung dengan penuh keoptimisan
Ternyata mengantarkan diri pada selat yang menyedihkan
Dan pada selat tanpa ujung yang singkat
Kesunyian, keterasingan, ditinggalkan, dicaci, disalahkan, dihakimi, menghantui kesunyian batin si pengembara
Lalu dengan bekal setitik lentera
Berminyak asa, bersumbu cita
Pelayaran itu harus tetap dilanjutkan
Meski dengan sumringah yang terus dipaksakan
Segala pertanyaan dan ungkapan yang hanya bisa dijawab dengan sebuah senyuman
Jeritan batin yang teriakkan, "takkukkan!".
Yogyakarta, 25 Maret 2022
Komentar
Posting Komentar