Langsung ke konten utama

PUISI; TANPA JUDUL

Beberapa hari lalu saya mendengar dan terdiam

Berita duka dari seorang kawan

Dimasa-masa kuliah ia mendekam

Pada lara yang datang di penghujung bulan

Tidak ada yang pernah abadi

Rindu yang tidak punya tempat kembali lagi

Tentang perpisahan yang menghantui

Ya, seorang kawan ditinggal ayahnya pergi

Sudah siapkah kita untuk hadapi perpisahan yang pasti?

Kemana lagi cinta yang sukma bawa berlayar akan menepi?

Kita hanya menunggu nomor antrian yang akan menggiliri

Sudahkah stok air mati itu terpenuhi?

Terpenuhi oleh balas budi, balas kasih, cinta, kebaikan diri, dan apa yang membuat dia tenang hati untuk benar-benar pergi?

Semua akan berakhir pada masanya

Bertemu dibalas pisah

Datang dibalas pergi

Tapi cinta tetaplah dibalas cinta

Dan hari ini apa yang sudah kita beri?

Yogyakarta, 21 Februari 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI; TIDAK ADA JUDUL

 Semuanya larut begitu saja Dalam tangki motormu yang kuisi dua liter  Sebagai ucapan terimakasih  Atas perjalanan singkat kita dimalam yang kaku Kau pergi begitu saja Tanpa pesan meninggalkan derus mesin Scoopy putih dalam dadaku Deru mesin yang memompa jantungku berdetak lebih kencang Sekencang hisapan rokok suryaku menjelang pagi di balkon rumah Rumah kawan pelarian ku malam itu 2025, awal tahun yang buruk untuk memperbaiki hubungan kita Entah bagaimana jadinya nanti aku tidak tau Menunggu atau aku yang akan menghampirimu  Makin lama matahari makin hangat Dan kubiarkan resah menguap di udara Semoga hangat sampai ke dadamu di pagi buta Jogja, 4 Januari 2025

OPINI; Kita dan Politik Praktis ( Kode Etik Warga Muhammadiyah Berpolitik )

 Kita dan Politik Praktis Bismillahirrahmanirrahim Saya awali tulisan ini dengan kalimat tersebut agar apa yang saya tuliskan tidak salah dan sesuai dengan apa yang ditetapkan. Dan juga, supaya tulisan ini dapat diterima oleh semua elemen persyarikatan. Yaitu, Muhammadiyah. Pada dekade awal Organisasi Islam Muhammadiyah, yaitu kisaran tahun 20-50 an, Muhammadiyah masih sibuk membenahi internal persyarikatan. Muhammadiyah konsen terhadap dunia pendidikan serta problematika sosial masyarakat umum pada saat itu. Memasuki era kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada Tanwir Muhammadiyah di Ponorogo tahun 1968. Muhammadiyah menghadirkan dua putusan yang sangat bijaksana. Yaitu, MKCHM dan Khittah Ponorogo. Keputusan ini adalah amanat dari Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta dengan tema "Tajdid Muhammadiyah" yang diselenggarakan pada tahun sebelumnya. Pertama, MKCHM adalah akronim dari Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, yang mana didalamnya termuat beberapa poin penting...