Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

PUISI; KAMU SAKIT

Inginku membesuk  hatimu Membawakanmu  harap Menyuapimu  rindu Dan menghidangkanmu  cinta Namun, Aku takut. Kamu hanya pura-pura sakit Atau, Kamu tak ingin aku yang datang untuk memberi obat Jogja, 19 Juli 2022

PUISI; KITA ADALAH

Kita adalag generasi simulakra Makhluk-makhluk homo teknologius Kita bersama-sama tapi tercerai berai Kita berantakan Mencari dan terus berusaha menjadi 'paling' Terus berlari meski tidak dikejar Mencari kebersamaan padahal berada dalam keramaian Kita rapuh dan runtuh Lantas apakah kita harus berpaling? Jogja, 2022

PUISI; RINTIHAN LORONG WARUNG KOPI

Aku mendengar rintihan Rintihan itu datang dari kesunyian Dia datang dari warung kopi Namun, bukan warung kopi hari ini Megah infrastruktur dan siap dijadikan instastory Rintihan yang aku dengar Tidak aku temui dalam seminar yang digelar Apalagi dari kuliah - kuliah dosen dengan nama yang panjang lebar Sekali lagi Aku dengar rintihan-rintihan penuh arti Dari warung kopi yang menjelma menjadi kampus sejati Jogja, 14 Juni 2022

PUISI; BAGAIMANA BISA

Bagaimana bisa tabah seperti hujan bulan Juni Jika rintiknya masih meneteskan  ingatan Bagaimana bisa bijak seperti hujan bulan Juni Jika jejaknya masih membekaskan kebuntuan Bagaimana bisa arif seperti hujan bulan Juni Jika yang diserapnya hanyalah kebingungan Jogja, 12 Juni 2022

PUISI; SAJAK BULAN JUNIKU

Nona, kau tau apa yang lebih manis dari sajak di bulan Juni? Yaitu, janji-janji kita yang telah terkubur mati Nona, kau tau apa yang lebih deras dari hujan di bulan Juni? Yaitu, kenangan-kenangan kita yang menusuk dalam hati Nona, kau tau apa yang lebih mesra dari cinta di bulan Juni? Yaitu, tetap mencintaimu meski ku tau kau takkan kembali Nona, kau tau apa yang lebih tua dari Bapak Sapardi? Yaitu, hati yang telah kau patahkan berkali-kali Tapi Nona, kau harus tau Ada yang lebih puitis dan romantis dari sajak di bulan Juni Menerima kenyataan bahwa cinta tak harus memiliki Jogja, 11 Juni 2022

PUISI; PERJALANAN

Bagaimanapun juga, hidup harus tetap dijalankan. Tentu, keinginan untuk tetap hidup tersimpan dalam beribu harapan dan impian. Sebab, harapan dan impianlah yang pada akhirnya membuat kita untuk tetap hidup di dunia ini. Ada harapan menuju bahagia, ada pula harapan menuju suka cita, dan harapan-harapan baik yang selalu kita langitkan dalam do'a - do'a. Kendatipun pada waktu tertentu, perjalanan itu tidak akan mulus begitu saja. Kebahagiaan diselingi dengan kesedihan, pertemuan diputuskan dengan perpisahan, dan harapan-harapan akan dilukai dengan kekecewaan. Ya, begitulah kehidupan. Absurd dan susah ditebak. Semuanya ibarat satu koin dua sisi yang kapan saja akan terbalik. Tidak ada yang bisa kita upayakan selain menikmati sensasi safari kehidupan dengan ikhtiar, sabar, do'a, dan tawakkal. Sekali lagi, bagaimanapun juga kita hari ini. Entah lagi bergelut dengan luka, kecewa, nestapa, dan sengsara. Hidup harus tetap dilanjutkan. Selamat tinggal Sumatera Barat dan sejuta harap

PUISI; GENERASI LINGLUNG

Kita adalah generasi yang linglung dan tidak punya keberanian. Beberapa dari kita ada yang menjerit menahan lapar, menangis diputusin pacar, dan mengutuk-ngutuk karena dituduh makar akibat demo yang digelar. Kita adalah generasi yang linglung dan tidak punya keberanian. Diskusi, rapat, konsolidasi, aksi, dan mempersoalkan sekitar. Namun dengan sekejap mata semua sirna setelah tuntutan instastory purna. Kita adalah generasi yang linglung dan tidak punya keberanian. Mengejar titel, mencari lubuk kerja, dipasung oleh harta, dipajang pada perempatan lampu merah kota, atau menjadi pegiat 'lomba' yang melanggengkan hegemoni penguasa. Kita adalah generasi yang linglung dan tidak punya keberanian. Kita terpecah-belah dengan tujuan, harapan, cita-cita yang tidak sama. Matur, 19 Mei 2022

PUISI; MISTERIUS

Dia adalah wanita misterius Penuh teka teki dan tanda tanya Entah apa saja yang dia sembunyikan Aku tidak peduli lagi Aku mencintainya dengan tulus Matanya, senyumnya, dan raut wajahnya memancarkan keyakinan Urusanku mencintainya, biarlah menjadi urusku Dan bagaimana dia, biarlah menjadi urusnya Aku ingin menjadi peluk dalam peliknya Menjadi dekap dalam teriknya Menjadi embun dalam gersangnya Biarkan aku mencintai dia sehabis-habisnya  Kata - kata ini akan abadi Dan biarkan ini yang akan menyuruhku kembali Esok atau lusa nanti Matur, 11 Mei 2022 

PUISI; MESKIPUN

Aku akan mencintaimu sehabis-habisnya Meskipun nanti aku akan patah untuk yang kesekian kalinya Bahkan sampai hati ini benar-benar mati rasa Agar aku tidak lagi mengulangi hal yang sama Matur, 11 Mei 2022 

PUISI; KEMANA?

Tentang kita yang mau kemana? Keyakinan yang dihadang ketidak siapan Penantian yang ditakuti ketidak pastian Dan perasaan yang cemaskan ketidak setiaan Tentang kita yang disini sekarang Menjadi cacatan dalam daftar perjuangan Dalam halaman khusus dengan cerita paling tulus Semoga menembus batas keraguan dimasa depan Matur, 10 Mei 2022

PUISI; LUKA LIKU

Engkau aku temukan terpuruk Saat luka ku masih saja memburuk Engkau basuh luka ku dengan darah Sedangkan kau masih berduka parah Kita saling menyembuhkan Kesembuhan ku dari luka mu Beriringan dengan proses aku menyembuhkan mu dari lukanya Matur, 10 Mei 2022 

PUISI; LAKUKANLAH

Lakukanlah yang terbaik untuk yang sedang kamu genggam,  usakan juga yang terbaik untuk perihal kamu inginkan dan sedang kamu perjuangan.  Yakinlah, meskipun kemungkinan terburuk akan menimpamu,  kau tidak akan kecewa dengan ketulusan yang kau lakukan.

PUISI; TENTANG KEMENANGAN

Pada hakikatnya kemenangan bukanlah saat kita bisa mengalahkan orang lain ataupun mendapatkan hal yang diinginkan . Kemenangan sejati adalah saat kita mampu menekan ego pada diri sedalam-dalamnya dan bukan keberhasilan dalam menaklukkan apa yang ada diluar diri sendiri.Pada hari yang fitri, kemenangan tidak hanya pada kalkulasi hari menahan haus dan lapar saat Ramadan saja, atau mungkin maksimalnya setiap malam dengan tarawih dan tadarus.  Melainkan, kemenangan di hari idul fitri adalah saat kita mampu membunuh sifat kikir, tamak, antisosial, takabur, dan sifat-sifat yang merusak jati diri sebagi insan kamil. Saat kita berhasil menaiki banyak gunung. Kemenangan bukanlah ketika telapak kaki diinjakkan pada tanah tertinggi puncaknya. Melainkan, kemenangan saat bersafari ke alam adalah ketika diri mampu menjaga, menghargai, dan merawatnya. Menghentikan perilaku eksploitatif, merusak, membakar, menghancurkan, dan sifat-sifat yang menodai jati diri sebagai khalifah di muka bumi yang rahmata

PUISI; SENGKARUT KOTA

Sengkarut-sengkarut nada menggema Riuh ramai entah kemana Mencari pulang nan agung? Atau berpura-pura dengan hati yang ling-lung? Sengkarut kota kita Mencela alunan rasa Menuding bias irama Bercarut demi dahaga Padahal Baru sahaja keluar 'penjara' Bukittinggi, 5 Mei 2022 

PUISI; SAMPAI SAATNYA

Dan kita akan menemui versi terbaik kita sendiri Meskipun hanya sesaat, niscaya kita akan menemuinya Dimana dada terasa lapang, fikiran tenang, dan sejuknya pandangan Lalu, sesuatu mengantarkan kita pada waktu yang sangat suram Mencekam, kejam, dan tidak pernah diam dengan segala ketakutan Seketika, kita menyerah dan berujar, "Ah..sudahlah". Tak apa, semua hanya perihal waktu Persilangan bahagia dan derita Mereka akan silih berganti menghampiri kita Tidak pernah ada yang berbeda, semuanya adalah rasa yang sama Sama-sama berasal dari hati yang harus kita atur takarannya Secukupnya saja Matur, 12 April 2022