Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

PUISI; MENJADI DAN TERUS MENJADI

Dan setiap detik yang kita jalani adalah sebuah proses menjadi Menjadi, menjadi, dan akan tetap terus menjadi Kita akan terus bergerak tanpa henti  Evolusi dan degradasi yang tidak memberikan ruang stagnasi dalam setiap helaan nafas hidup ini Maka, tidak ada yang lebih baik dari sebuah proses menjadi adalah dengan terus mencari makna dari apa yang dialami Belajar, mensintesiskan satu persatu peristiwa, berbijaksana, meskipun sunyi akan menghantui Yogyakarta, 1 April 2022

PUISI; DAN JOGJA

Dan pada detik tertentu Jogja menjadi kenyataan pahit dari mimpi yang manis Biduk yang didayung dengan penuh keoptimisan Ternyata mengantarkan diri pada selat yang menyedihkan Dan pada selat tanpa ujung yang singkat Kesunyian, keterasingan, ditinggalkan, dicaci, disalahkan, dihakimi, menghantui kesunyian batin si pengembara Lalu dengan bekal setitik lentera Berminyak asa, bersumbu cita Pelayaran itu harus tetap dilanjutkan Meski dengan sumringah yang terus dipaksakan Segala pertanyaan dan ungkapan yang hanya bisa dijawab dengan sebuah senyuman Jeritan batin yang teriakkan, "takkukkan!". Yogyakarta, 25 Maret 2022

PUISI; ANGIN SAPAAN

Dalam sela ranting engkau datang hembuskan angin sapaan Sepooi-sepooii membelai lembut dedaunan  Seketika akar-akar bergetar menggoyahkan batang pertahanan Kau pijar, memberi celah sinar temaram keluyupan Pada malam yang tidak menghendaki sepi Ia berhenti untuk mengejar egois diri Lalu menitipkan pesan pada hembusan tadi Akan sebuah pertemuan suatu hari nanti Disaat musim semi datang Akankah kita kembali dengan sisa renungan perjalanan panjang Atau benar-benar tumbuh subur dengan dedaunan segar selepas diguyur musim gugur yang garang? Yogyakarta, 24 Maret 2022

PUISI; SURAU SAKSI

Seperti kemarin, hujan masih membasahi  Seolah tak melepas mereka pergi Menyisakan sepi dan rindu sehabis riuh riang mereka yang tak kan pernah terulang lagi Hai surau dengarlah pesan yang ku bawa ini Bahwa mereka sudah pergi Menyusuri jalanan sunyi Menapaki jalan abadi Perjuangan yang mereka nanti-nanti Menjadikanmu saksi bisu Awal perjalanan itu 22 Maret 2022

OPINI; DILEMA ANAK MUDA

Hari ini, kaum muda sibuk dengan eksistensi dan mempersolek diri agar dilirik oleh khalayak ramai. Ada yang rela bodoh oleh hasrat itu, menjual harga diri, memamerkan relasi, berucap seolah yang paling tinggi, dan sibuk mencari simbol-simbol kuasa untuk reputasi. Namun, kaum muda lupa akan satu hal. Seolah lupa dengan istilah "tong kosong nyaring bunyinya", mereka lupa dengan pentingnya menggali kualitas diri terlebih dahulu, belajar sebanyak-banyaknya, mencari pengalaman sejauh-jauhnya dengan tetap rendah hati. Maka niscaya inilah yang sejatinya akan mengantarkan mereka kepada yang mereka cari secara natural, bukan dipaksakan sehingga terlihat belum mapan.  16 Maret 2022

PUISI; DI DEPAN GUBUK KITA

Aduhaiii...    Lunglai menggotong badan    Berserak lalu-lalang    Entah kemana?    Rumah selalu terbuka Jamuan mesra dalam wadah tawa        menunggu jua Wahaiii...    Raut wajah merekah    Bergerumunlah dan bergumullah    Aduk rasa dan lara bersama    Lalu Santap bersama dengan penuh gembira       bila malam tiba Sunyi bisa mendera kapan saja Yogyakarta, 13 Maret 2022

PUISI; SUDAHI

Dari kereta kencana hingga lencana petaka Dari pegasus mulia hingga hanoman sengsara Melacak-dabrak sesukamu Menyusuri sisi buasmu Mengisi penuh gelas-gelas hasratmu Laksana keledai di gurun sahara Bias, dan penuh biang bahaya Merona-rona membahana Ternyata, wujudmu halusinasi semata Semua tertipu bayanganmu nan mulia itu  Wahai, ratu kumala berseri Sudahi dan ambillah intisari Yogyakarta, 13 Maret 2022

PUISI; KEMBALI

Dan akhirnya akukaku dalam kesendirian. Sunyi ini kucintai sedalam mungkin hingga aku takkan temui sakit ditinggalkan suatu saat nanti. Akan aku nikmati jalan sunyiku kali ini. Tanpa merengek-rengek dan mengemis untuk dibersamai oleh hal yang akan menyesakkan hati Yogyakarta, 13 Maret 2022

PUISI; HADAPI

Karena tidak seharusnya aku menghindari apa yang terjadi akibat ulah tangan sendiri. Apalagi hilang dan melupakan yang sejatinya semakin kuat dalam ingat. Aku harus hadapi, meskipun akan berat. Semoga Sembuh Aku. 

PUISI; KEMBALILAH AKU

Tatapannya kosong, dan dia mulai merangkai kata Seolah tersentak dari kesendirian, dia dikerumuni keramaian Perlahan, berucap, berkata, berusaha kembali menjadi manusia ~ Dia, mengumpulkan puing-puing diri yang berserak entah kemana Dia, harus kembali lagi pada wujud asalnya Dia, dan intijiwanya berada di persimpangan Entah karena waktunya masih belum terlalu lama, dia masih dalam proses pendewasaan Dia, adalah aku, yang tidak tau maksud dari semua itu. ~ Aku lihat, dia yang lain sudah sembuh dan merona Sedangkan aku, masih porak poranda Dibunuh rasa sendiri dalam keramaian Dan disiksa kenyataan dalam kesendirian

PUISI; AKU PERGI

Tapi sepertinya aku memang harus pergi dulu untuk menyembuhkan luka sembari terus berdo'a Pergi bukan untuk membenci ataupun melupakan. Melainkan hanya untuk memastikan diri ini harus tetap bisa berjalan Yogyakarta, 4 Maret 2022

PUISI; HANDAI

Aku sudah cukup lemah dan lelah Tentang perasaan siapa yang harus dihargai dan dimengerti Komunikasi kita saat ini tidak akan pernah menemui titik tepi Semoga nanti, kita bertemu disaat yang sudah ditakdiri Yogyakarta, 5 Maret 2022

PUISI; PELAJARAN BARU DARI CINTA

Kalau katanya kebetulan adalah takdir yang menyamar Aku ingin suatu saat nanti kita kebetulan berpapasan Entah kapan itu dan bagaimana kondisi kita Mungkin aku sudah cukup siap dengan semua realita Hari ini, akan aku cukupkan segala derita Bahwa aku bukan lagi jadi alasanmu bahagia Aku akan hengkang jadi benalu dalam kehidupan yang sekarang kau inginkan Aku akan sembuhkan luka biru yang engkau tancapkan Terimakasih, atas penghargaan yang engkau berikan Terimakasih, telah pernah menjadikanku orang yang kau harapkan Meskipun waktu akhirnya menutup kisah panjang ini Aku harapkan, kita tidak pernah lupakan sedikitpun pelajaran yang penuh arti Sekali lagi, terimakasih sudah mengajarkan aku satu hal perilah cinta Bahwa kesetiaan dan ketulusan bisa saja berakhir dengan pengkhianatan Yogyakarta, 4 Maret 2022

PUISI; TULUS

Kemarin tulus datang dengan tembangnya, dia ajari cara menarik diri dan hengkang dari dunianya. Sudahlah, kau bukan lagi muara bahagianya. Biarkan saja, dia temui puasnya atau imbasnya. Yogyakarta, 4 Maret 2022

PUISI; BUKAN KABAR DUKA

Aku kabarkan pada duka, bahwa aku telah memeluk luka seerat-eratnya. Saking eratnya. Maka kupastikan bahwa sembuhnya cukup lama. Akan kucintai duka selayak mencintaimu saat pertama jumpa. Dengan harap, kau datang lagi sebagai obat derita Yogyakarta, 4 Maret 2022

PUISI; CAPTION KN

Kehidupan adalah perihal waktu, waktu untuk bertemu dan waktu untuk berpisah, waktu untuk bahagia dan waktu untuk bersedih, waktu untuk tenang dan waktu untuk gelisah. Dan yang terpenting dari setiap waktu yang didapati adalah menjalaninya dengan hati (-hati) Yogyakarta, 3 Maret 2022

PUISI; KITA BERKARUT

Kita saling tarik menarik dalam pusaran yang sama. Kerapkali 2 diantara kita mencoba untuk menghindari tarikan guna memperkuat keyakinan. Kita berkarut dan semrawut. Tarik menarik yang kuat, tidak ada yang ingin melepas. Ganaas. Mencobak-cabik kata, menusuk-nusuk dada. Hingga, kita tidak pernah tau, 2 siapa yang akan keluar sebagai pemenangnya. Tarik-menarik kita bisa saja berputar arah. Siapa tau, sekarang angin yang berputar kuat ke timur membalik arah ke barat? Kau tau, itulah putaran yang aku inginkan dalam setiap tarikan. Yogyakarta, 2 Maret 2022

PUISI; KAU BUKAN RUMAH

Perihal rumah, tidak ada yang benar-benar akan menjadi tempat pulang paling dirindukan. Dan perihal pulang, tidak ada yang benar-benar akan menjadi tempat istirahat paling diimpikan. Sebab, kita akan selalu berjalan dan melangkah di semesta. Masa lalu bukan untuk diulang, cukup untuk dikenang. Masa lalu yang akan membentuk kita di masa yang akan datang. Kadang, sesuai dengan yang kita impikan dan banyak pula tidak pernah sama sekali kita bayangkan. -Yogyakarta, 2 Maret 2022