Aku besar dari lingkungan feminis dik
Perempuan-perempuan disekitar ku hebat
Mereka orang-orang yang kuat
Tabah, tegas, jiwanya hangat, dan gengamannya erat
Dik, dahulu..
Ketika dirumah
Aku dididik keras oleh kakakku
Katanya, lelaki tak boleh menangis
"Lihat aku! Tak mau diinjak lelaki", ujarnya seusai bertengkar dengan teman lelakinya
Ya, aku masih ingat itu
Keributan menyentil mereka
Tak kala kakak ku dicurangi saat bermain gambar -kertas persegi kecil itu
Ia tak suka itu. Ia pukul hidung pria itu hingga meraung-raung ke rumahnya
Aku juga ingat
Kikuk sang kakak pulang sekolah
Ia memanjat batang pohon jambu
Sesampainya diatas, dia jatuhkan jambu itu, dia hadiahkan untuk teman-temannya
Semua orang senang melihatnya dik,
Kecuali sang pemilik batang jambu
Dia garang, marah besar dan mengadu pada ibu
Dik, ibuku pun begitu
Masih teringat ketika dulu
Saat aku akan disekolahkan ke asrama
Beliau ajari aku mencuci kain, beliau ajari aku menyetrika, beliau ajari aku mencuci piring, beliau ajari aku memasak, -meski aku tidak lebih mahir dari adikku yang bungsu
Kata ibuku, "Ini bukan pekerjaan wanita yang laki-laki tak boleh mengerjakannya. Justru laki-laki tidak boleh jadi beban pada wanita."
"Kelak, ketika kau punya istri. Lalu ia bunting, mau kau kemanakan piring kotor dirumahmu? Mau kau kemanakan popok bayimu ketika ia lahir? Mau kau isi apa perutmu? Sedang istrimu menjerit kesakitan?" Petuah ibu padaku.
Dik, aku masih ingat ketika aku, ibuku, dan kakak keduaku sedang menanam padi disawah
Saat itu, aku sedang merasakan manisnya cinta monyet
Kau tau? Apa yang kakakku dan ibuku katakan?
"Dik, aku tak ingin kau menyakiti perempuan. Sedang kau masih kecil dan belum punya apa apa untuk menghidupi anak orang. Ingat saja, aku ini juga perempuan!" Kata kakakku.
"Nak, ibu tau kamu sudah mulai dewasa. Tapi, sudah siapkah kau untuk meminangnya? Sebab, perempuan tak akan kenyang jika dihidupi dengan cinta."
Begitu dik, nasihat kakak dan ibu ku
Aku kira, mereka akan melarangku berpacaran karena alasan agama -haram.
Tapi, bukan itu
Dia, kakaku. Tak ingin aku menyakiti perasaan wanita
Dia, ibuku. Tak ingin aku mempermainkan harapan wanita.
Begitu dik. Dalam keluarga kecil itu. Dari ibuku, dua kakakku. Aku belajar. Perempuan harus merdeka dan lelaki tidak boleh merasa berkuasa.
Sebenarnya masih banyak yang ingin kuceritakan dik
Tentang didikan saudara perempuan ayahku yang tegas
Tentang aku yang dimarahi ibuku karena memaki kakakku
Tentang kakakku yang dilepas ayahku ke negeri pasir sana
Dan tentang, perjuangan kaum perempuan dalam menyuarakan kesetaraan
Jogja, 3 Oktober 2022
Komentar
Posting Komentar